Perjalanan hidup ini membuat semuanya belajar
Jakarta (ANTARA) - Kepala Pendidikan Pesantren Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Cirebon Hj. Masriyah Amva menceritakan pengalamannya sebagai pemimpin wanita yang sering dipandang sebelah mata.
Saat ditemui dalam penayangan perdana film “Pesantren”, Hj. Masriyah atau akrab disapa Bu Nyai tersebut kerap mendapat sambutan pro dan kontra karena sebagai wanita ia memimpin sebuah pesantren. Tentunya hal ini sangat jarang terjadi di Indonesia karena biasanya kaum lelaki lebih sering menempati posisi tersebut.
“Saya tidak ingin duduk menjadi pimpinan (pada awalnya),” katanya di Jakarta, Kamis.
Mulanya, Pesantren Pondok Kebon Jambu Al-Islamy didirikan dan dipimpin oleh suaminya, K.H. Muhammad (Alm) pada 1993. Sayangnya, K.H. Muhammad harus menghadap Sang Pencipta di tahun 2006 dan membuat tampuk kepemimpinan pesantren diambil alih oleh anak sulungnya dengan dibantu Bu Nyai di bidang pendidikan. Namun, sang anak meninggal pada tahun 2017 dan membuat kepemimpinan pesantren sebagian besar harus dipegang olehnya.
Keadaan pesantren pasca ditinggal oleh suaminya tersebut membuat Bu Nyai mencoba untuk memimpin pesantren dengan segala tantangan yang harus dihadapinya. Meski mendapatkan banyak kontra, ia terus berjuang untuk mengembangkan pesantren dengan lebih baik lagi. Akhirnya, orang-orang yang tadinya sempat meremehkannya tidak lagi berbicara buruk terhadapnya.
Usaha-usaha yang dilakukan Bu Nyai untuk perkembangan pesantren patut diapresiasi. Salah satunya dengan menempatkan perempuan di posisi-posisi strategis kepengurusan pesantren. Kini, sudah ribuan santri datang untuk menuntut ilmu di Pesantren Pondok Kebon Jambu Al-Islamy dengan sistem pembelajaran yang lebih baik.
“Saya yang mimpin (pesantren), kemudian yang bantu menjadi generasi baru perempuan lagi,” kata Bu Nyai dengan bangga dan semangat.
Kepemimpinan Bu Nyai di Pesantren telah menjadi pembicaraan di kalangan sineas internasional sejak film “Pesantren” diputar di festival film luar negeri. Sebagai informasi, film “Pesantren” merupakan film dokumenter karya sutradara Shalahudin Siregar yang mengambil latar dan cerita di Pesantren Pondok Kebon Jambu Al-Islamy.
Dalam film karya Shalahudin Siregar tersebut, keseharian para santri serta kepemimpinan Bu Nyai menjadi salah satu hal menonjol di dalamnya. Bu Nyai pun bertekad bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin dan tidak harus laki-laki yang memegangnya. Bahkan, kesetaraan gender bukanlah hal yang merusak agama, melainkan untuk menguatkan agama.
“Perjalanan hidup ini membuat semuanya belajar,” kata Bu Nyai.
Baca juga: Film "Pesantren" kupas sisi lain kehidupan santri di pesantren
Baca juga: Saluddin Siregar akan rilis film dokumenter "Pesantren"
Baca juga: Film "Hati Suhita" angkat tema kisah perjodohan di pesantren
Pewarta: Vinny Shoffa Salma
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2023