Ketua IDS, Wahyu Sigit Rahadi, mengatakan komunitasnya tidak menyangka bisa menemukan Amphiaeschna ampla di Banyuwangi karena dalam catatan penemunya yang berasal Belanda, Lievnieck, capung jenis itu terakhir dijumpai tahun 1940.
"Kami cukup terkejut dapat melihat dan memotret capung yang hampir punah itu di Bumi Blambangan Banyuwangi," kata Wahyu.
Dia menjelaskan, Amphiaeschna ampla tergolong capung hutan yang sensitif terhadap pencemaran serta perubahan iklim dan lingkungan.
"Apabila capung jenis itu banyak ditemukan di Banyuwangi, maka hal itu merupakan indikator masih terjaganya kondisi hutan di kabupaten setempat," katanya seperti dikutip Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam laman resminya www.banyuwangikab.go.id.
IDS berencana meneliti capung endemik Jawa dari Kabupaten Banyuwangi hingga Anyer selama dua tahun dan membukukan hasil penelitian tentang keanekaragaman capung di wilayah tersebut.
"Kami masih memburu capung jarum berwarna putih (Ceriagrion auranticum) yang tinggal di kawasan pesisir karena selama ini kami baru mendapatkan capung jantan, yang belum terlihat," ujarnya.
(KR-MSW)
Sumber: banyuwangikab.go.id
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013