"Saya meminta Perhutani segera mengembangkan lagi tanaman porang karena terbukti dapat mendapatkan penghasilan tambahan sekaligus ikut mengentaskan kemiskinan di sejumlah lokasi," kata Dahlan di sela rapat dengan Direksi Perum Pehutani di kantor Kementerian BUMN Jakarta, Selasa.
Dalam rapat itu, Dahlan meminta para direksi memaparkan kendala pengembangan tanaman porang (Amorphophalus oncophyllus) mulai dari pencarian lahan, pencarian bibit, pencarian tenaga kerja, pembiayaan/pendanaan, masa penanaman, masa panen, hingga bagi hasil dengan petani.
Porang merupakan jenis tanaman umbi-umbian yang bisa digunakan sebagai bahan makanan seperti mie, tahu, shirataki dan konyaku.
Umbi porang juga digunakan sebagai bahan baku dalam industri lem, campuran bahan kertas, pengganti media tumbuh mikroba, isolator listrik, bahan parasut, bahan obat, penjernih air, pengikat formula tablet, dan pengental sirup.
Tanaman porang selama ini tumbuh baik di hutan-hutan jati milik Perhutani. Menurut Dahlan, produksi umbi porang rata-rata antara 10 ton sampai 15 ton per hektare dengan harga umbi antara Rp2.800 sampai Rp3.000 per kilogram.
Ia mengatakan, pada tahap awal pengembangan porang akan dilakukan di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
"Masyarakat sekitar hutan banyak yang miskin, sehingga bisa dimanfaatkan diberikan pekerjaan mengelola tanaman porang tersebut dengan sistem bagi hasil dengan Perhutani. Ini sangat efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar," kata Dahlan.
(R017)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013