Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang merosot 0,84 persen menjadi 503,93, level terendah sejak 21 Maret

Singapura (ANTARA) - Saham Asia meluncur ke tingkat terendah dua bulan pada Kamis, dan dolar naik karena kebuntuan dalam negosiasi untuk menaikkan plafon utang menggerogoti aset-aset berisiko di tengah kekhawatiran tentang pukulan terhadap ekonomi global jika Pemerintah AS gagal bayar.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang merosot 0,84 persen menjadi 503,93, level terendah sejak 21 Maret, dan berada di jalur penurunan kedua bulan berturut-turut.

Di China, indeks saham unggulan CSI 300 ditutup 0,22 persen, sementara indeks Hang Seng Hong Kong berakhir anjlok 1,93 persen ke level terlemahnya di tahun 2023.

Penurunan di kedua pasar ini membebani indeks MSCI Asia yang 10 konstituen teratasnya termasuk Tencent Holdings, Alibaba Group Holdings, AIA Group dan Meituan.

Indeks S&P/ASX 200 Australia ditutup tergelincir 1,05 persen, sementara indeks Nikkei Tokyo tetap menjadi outlier di wilayah tersebut dengan berakhir menguat 0,39 persen.

Negosiator untuk Presiden Demokrat Joe Biden dan anggota kongres utama dari Partai Republik Kevin McCarthy mengadakan apa yang disebut kedua belah pihak sebagai pembicaraan produktif pada Rabu (24/5/2023) saat mereka berlomba untuk mencapai kesepakatan untuk menaikkan plafon utang.

Baca juga: Saham Asia dibuka tergelincir terseret kegelisahan plafon utang

Baca juga: Saham Asia merosot di tengah ketidakpastian negosiasi plafon utang AS

Tetapi tanpa resolusi yang terlihat, pedagang tetap waspada terhadap kemungkinan gagal bayar dan bencana dengan Menteri Keuangan AS Janet Yellen mempertahankan awal Juni sebagai tenggat waktu gagal bayar plafon utang.

“Ada perasaan awal bahwa mungkin kali ini sedikit berbeda,” kata Rob Carnell, kepala penelitian regional ING, Asia-Pasifik.

"Terlepas dari komentar bahwa kemajuan terus dibuat, Anda hanya bertanya-tanya, McCarthy mendapat kesepakatan (dan) apakah bahkan partainya sendiri akan mendukungnya," katanya. "Jadi itu yang menjadi perhatian."

Lembaga pemeringkat kredit Fitch menempatkan AS dalam pengawasan untuk kemungkinan penurunan peringkat pada Rabu (24/5/2023) malam, semakin meredam sentimen.

Penurunan peringkat dapat mempengaruhi harga sekuritas utang pemerintah senilai triliunan dolar.

Langkah Fitch menghidupkan kembali kenangan tahun 2011, ketika S&P menurunkan peringkat AS ke AA-plus dan memicu serangkaian penurunan peringkat lainnya serta penjualan di pasar saham.

"Saya berharap Fitch mengetahui konsekuensi dari melakukan ini dan mereka hampir melakukannya hanya untuk mencoba dan memberikan sedikit tekanan," kata Carnell dari ING. "Itu tidak berarti mereka akan menurunkan peringkat tetapi itu seperti mengatakan, 'sebaiknya Anda berhati-hati, jika tidak, ini akan datang'."

Semalam, indeks-indeks utama Wall Street berakhir lebih rendah karena kekhawatiran batas atas utang.

E-mini berjangka untuk S&P 500 naik 0,38 persen, sementara Nasdaq berjangka naik 1,4 persen di jam Asia setelah Nvidia Corp memperkirakan pendapatan kuartal kedua lebih dari 50 persen di atas perkiraan Wall Street.

Perusahaan semikonduktor itu mengatakan sedang meningkatkan pasokan untuk memenuhi lonjakan permintaan cip kecerdasan buatannya, yang digunakan untuk mendukung ChatGPT dan banyak layanan serupa.

Saham Taiwan Semiconductor Manufacturing Co Ltd (TSMC) dan perusahaan Korea Selatan SK Hynix di Asia juga melonjak setelah pendapatan Nvidia.

Saham Eropa ditetapkan untuk pembukaan yang lebih tinggi, dengan Eurostoxx 50 berjangka naik 0,09 persen, DAX berjangka Jerman naik 0,10 persen dan FTSE berjangka naik 0,15 persen

Di sisi kebijakan moneter, pejabat Federal Reserve "secara umum setuju" bulan lalu bahwa kebutuhan untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut "menjadi kurang pasti," menurut risalah pertemuan 2-3 Mei ketika suku bunga acuan dinaikkan seperempat persentase poin ke 5,00-5,25 persen. Beberapa pejabat mengatakan bahwa kenaikan itu mungkin yang terakhir.

Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank, mengatakan risalah tersebut mencerminkan sifat yang agak terbelah dari sebagian besar komentar pertemuan pasca-Mei dari sejumlah pejabat Fed.

"Mereka yang menganjurkan agar Fed tidak melakukan (kenaikan) pada 5,0-5,25 persen saat ini tampaknya terbuka untuk setidaknya jeda pada Juni," kata Attrill.

Pasar sekarang memperkirakan peluang 33,6 perseni kenaikan 25 basis poin pada Juni, dibandingkan dengan 28 persen minggu lalu, menurut alat CME FedWatch.

Surat utang negara yang jatuh tempo sekitar 1 Juni, yang disebut tanggal-X ketika pemerintah kehabisan uang, telah berada di bawah tekanan selama berminggu-minggu dan masuk untuk penjualan lebih lanjut, mendorong imbal hasil sekuritas yang jatuh tempo pada 1 Juni menjadi 7,628 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, naik 7 basis poin menjadi 4,413 persen.

Di pasar mata uang, indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang lainnya, naik 0,183 persen, menyentuh puncak baru dua bulan di 104,06.

Baca juga: IHSG turun ikuti pelemahan bursa kawasan Asia dan global

Baca juga: Saham Asia berbalik turun karena ketidakpastian pagu utang AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023