Berlin (ANTARA) - Sektor transportasi global akan gagal mencapai target mengurangi emisi gas rumah kaca dan melakukan mitigasi perubahan iklim, demikian seperti disampaikan Forum Transportasi Internasional (International Transport Forum/ITF) pada Rabu (24/5).
Dalam acara pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tahunannya di Leipzig, Jerman, ITF mengatakan bahwa sektor transportasi akan "banyak meleset dari pengurangan yang diperlukan untuk menjaga perubahan iklim tetap terkendali."
Langkah-langkah dekarbonisasi yang sedang dilakukan saat ini hanya akan mengurangi emisi karbon dioksida terkait transportasi global sebesar 3 persen per 2050 mendatang, ujar ITF dalam laporan tahunannya.
Untuk memenuhi target nol bersih (net-zero) Perjanjian Paris pada 2050, emisi karbon dioksida terkait transportasi harus turun setidaknya 3 persen setiap tahunnya hingga 2030, kata Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) memperingatkan.
"Akan sangat penting untuk segera meningkatkan teknologi dan bahan bakar yang kompetitif dari sisi biaya guna menggerakkan masyarakat dan barang dengan emisi yang jauh lebih sedikit," kata Sekretaris Jenderal ITF Young Tae Kim.
Meski sektor transportasi tidak berada di jalur yang tepat dalam mencapai target net-zero, transportasi global masih dapat mengurangi emisi karbon dioksida sekitar 80 persen dibandingkan level pada 2019 selama 25 tahun ke depan jika dekarbonisasi dipercepat, kata ITF.
Agar dapat mencapai tujuan yang ambisius tersebut diperlukan kombinasi kebijakan pelengkap untuk menghindari aktivitas transportasi yang tidak perlu, peralihan ke moda transportasi bebas karbon dioksida, dan peningkatan efisiensi transportasi, tegas Kim.
"Kita dapat melakukan semua ini jika kita mengambil tindakan yang lebih tegas sekarang," katanya, menambahkan.
Kendati mempercepat transisi menuju transportasi yang rendah karbon atau nol karbon akan membutuhkan investasi yang signifikan, biayanya tetap 5 persen lebih rendah dibandingkan biaya kebijakan saat ini, menurut proyeksi ITF.
Akibat konsekuensi perubahan iklim, Jerman sendiri mengalami kerugian setidaknya 145 miliar euro (1 euro = Rp16.059) atau sekitar 156,6 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.937) antara tahun 2000 hingga 2021, menurut sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan pemerintah negara itu. Pada 2050 nanti, angka tersebut bisa naik mencapai 900 miliar euro.
KTT ITF 2023, yang merupakan bagian dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD), mempertemukan para menteri transportasi, CEO, dan pakar di sektor tersebut dalam pertemuan tingkat tinggi yang berlangsung tiga hari dengan tema "Transport Enabling Sustainable Economies"
KTT tersebut akan berlangsung hingga 26 Mei, dengan Inggris sebagai ketua, dan lebih dari 1.400 peserta dari 80 negara ambil bagian dalam pertemuan itu.
Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023