Seharusnya untuk memenuhi kebutuhan kapal dalam negeri, dengan membangun kekuatan industri maritim dengan mengembangkan galangan dalam negeri, bukan justru mengimpor kapal dari China,"
Jakarta (ANTARA News) - Rencana pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (KADIN) untuk mengimpor sebanyak 2.500 kapal laut asal China dengan anggaran Rp15 triliun mendapat penolakan dari Indonesia Maritime Institute (IMI).
"Seharusnya untuk memenuhi kebutuhan kapal dalam negeri, dengan membangun kekuatan industri maritim dengan mengembangkan galangan dalam negeri, bukan justru mengimpor kapal dari China," kata Direktur Eksekutif IMI, Y Paonganan kepada pers di Jakarta, Senin.
Paonganan menjelaskan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia sejak dulu diakui mampu untuk membuat kapal. Saat inipun para insinyur Indonesia tak kalah hebat. Bahkan, banyak justru tenaga mereka dipakai di luar negeri, karena industri kapal di Indonesia tidak mendapat dukungan yang serius.
Dia meminta Kementerian Perhubungan untuk tidak memberikan lisensi pada kapal-kapal impor tersebut.
"Kami mengharapkan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perhubungan menolak rencana impor kapal, sebaiknya Kemenperin mendorong pengembangan industri maritim dalam negeri seperti galangan kapal," kata Paonganan.
Ongen biasa disapa itu mengusulkan, jika memang rencana itu jadi, sebaiknya 2.500 kapal tersebut dibuat di Indonesia, akan banyak manfaatnya, karena diyakini akan mampu menyerap banyak tenaga kerja lokal. “Ini akan memacu pertumbuhan industri galangan kapal dalam negeri,” tandas Paonganan.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Kadin, Bidang Pemberdayaan Daerah dan Logistik, Natsir Mansyur mengatakan impor kapal tersebut untuk mengatasi kendala distribusi pengiriman antar pulau di Indonesia.
"Kami akan mengimpor sekitar 2.500 kapal laut dengan perkiraan investasi Rp15 triliun," katanya.
Menurut Natsir, impor kapal tersebut selain mendukung kelancaran pendistribusian barang yang terdapat di sejumlah pelabuhan-pelabuhan di Indonesia, juga dalam rangka menghadapi integrasi sistem distribusi negara-negara ASEAN.
Ia menjelaskan, kapal berbobot mati sebesar 1.500 ton itu secara bertahap akan diimpor oleh perusahaan dalam negeri. "Impor kapal dari China tersebut dimulai tahun ini, selama lima tahun ke depan. Atau pun setiap tahun sebanyak 500 unit kapal, " ujarnya.(*)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013