Maumere (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam di RSUD dr T. C. Hillers Maumere, Asep Purnama menekankan pentingnya penatalaksanaan atau penanganan yang cepat dan tepat terhadap kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) khususnya anjing di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, yang telah menjadi daerah KLB rabies.

"Kalau digigit, cuci luka dengan air mengalir dan sabun, karena sabun membunuh virus, harus cepat dan tepat dan segera datanglah ke Rabies Center untuk mendapat penanganan," kata dr Asep Purnama, Sp.PD yang juga merupakan Sekretaris Komite Rabies Flores dan Lembata dalam In House Training Tatalaksana Gigitan HPR dan Kasus Rabies di RSUD dr T C Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, Rabu.

Baca juga: Dinas Kesehatan Sikka NTT perkuat pelaporan pada tujuh Rabies Center

Di hadapan para dokter dan perawat yang ada dalam lingkup rumah sakit daerah tersebut, dokter Asep menjelaskan agar para tenaga kesehatan tidak panik dengan kejadian gigitan HPR yang membutuhkan pertolongan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Apabila ada kasus gigitan, penanganan-nya harus dilakukan sesegera mungkin agar virus rabies tidak mencapai otak.

Untuk kasus dengan risiko rendah, pasien dapat langsung diberikan vaksin anti rabies (VAR). Namun, untuk kasus dengan risiko tinggi, pasien harus diberikan VAR dengan serum antirabies (SAR).

Baca juga: KLB rabies, Bupati Sikka imbau masyarakat lakukan sejumlah antisipasi

Dia mengatakan, rabies memang penyakit yang mematikan, tapi bisa dicegah dengan cuci luka yang tepat serta pemberian VAR dan SAR sesuai indikasi. Namun, rabies harus dimulai dengan pencegahan penularan melalui vaksinasi HPR khususnya anjing.

"Jangan panik. Setelah digigit, cuci luka, langsung beri VAR atau SAR," ujar Asep.

Baca juga: Dinkes: kasus rabies di NTB meluas

Asep menuturkan, saat positivity rate spesimen otak anjing berada pada angka di atas 50 persen, maka akan terjadi kejadian luar biasa (KLB).

Pada tahun 2018, katanya, dari 118 spesimen otak anjing yg diperiksa Balai Besar Veteriner Denpasar Bali, ada 60 spesimen positif rabies, dengan positivity rate sebesar 50,8 persen. Akhirnya, diputuskan KLB Rabies di Sikka pada tahun 2019.

Kini pada tahun 2023, ucapnya lagi, dari 17 spesimen otak anjing yg diperiksa, ada 10 yang positif rabies dengan positivity rate sebesar 58 persen. Sehingga, Kabupaten Sikka pun dinyatakan KLB Rabies pada tahun 2023.

Baca juga: Gubernur Cornelis nyatakan Kalbar status KLB Rabies

Dia menjelaskan, sampai saat ini belum ada obat yang mampu menyembuhkan penyakit rabies. Pencegahan pasca-paparan dengan cuci luka dan vaksinasi masih menjadi cara menyelamatkan warga dari ancaman kematian akibat virus rabies.

Asep pun mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dalam beraktivitas karena rabies telah menjadi KLB di kabupaten itu.

Bagi warga yang memiliki anjing, Asep menyarankan untuk segera diikat lalu mencari vaksin anjing.

Baca juga: Pemkab Nagekeo vaksinasi 1.934 HPR untuk cegah rabies

Dia meminta kerja sama dari para pemilik hewan peliharaan agar mau divaksin sebagai salah satu pencegahan penularan rabies.

"Kalau punya peliharaan, diikat. Kita tidak tahu anjing itu rabies kalau belum ada gejalanya. Untuk keselamatan diri, jangan digigit anjing. Yang olahraga, lari pagi atau sore, hati-hati," katanya berpesan.

Baca juga: 203 warga Rejang Lebong digigit HPR
Baca juga: Kasus gigitan anjing di Gorontalo Utara positif rabies

Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023