Perdana Menteri Mikhail Mishustin, pejabat tertinggi Rusia yang secara resmi berkunjung ke Beijing sejak Moskow mengirim ribuan tentara ke Ukraina pada Februari 2022, bertemu Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Qiang, demikian menurut pemerintah Rusia.
"Sebagai hasil dari pembicaraan, sejumlah perjanjian bilateral seperti yang direncanakan untuk ditandatangani," demikian dilaporkan kantor berita Rusia Interfax, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Kunjungan tersebut dilakukan setelah Rusia dan China bereaksi keras atas deklarasi G7 yang mencecar mereka dalam berbagai isu, termasuk perang di Ukraina, senjata nuklir dan pemaksaan ekonomi.
Xi mengunjungi Rusia pada Maret lalu dan mengadakan pembicaraan dengan "teman baik" Vladimir Putin, setelah sama-sama berkomitmen untuk kerja sama "tanpa batas" sebelum serangan Rusia pada 2022 ke Ukraina, yang dinyatakan Moskow sebagai operasi militer khusus.
Beijing menolak tuduhan Barat yang mengaitkan kerja sama dengan invasi Rusia ke Ukraina, dan menegaskan bahwa hubungan kedua negara tidak melanggar norma internasional karena China berhak menjalin hubungan dengan mana pun yang mereka kehendaki.
China menegaskan bahwa kerja sama dengan Rusia tidak ditujukan untuk negara ketiga mana pun.
Sebagai bentuk dukungan, perdana menteri China pada Selasa menyampaikan ucapan selamat kepada forum bisnis China-Rusia yang berlangsung di Shanghai dan dihadiri juga oleh Mishustin dan sejumlah besar pengusaha besar Rusia.
Menurut Mishustin, China siap untuk mengembangkan kerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan dengan Rusia.
Pada April lalu, ekspor China ke Rusia mendapatkan momentum karena naik sebesar 153,1 persen dibanding tahun lalu, setelah naik dua kali lipat pada Maret.
Pengiriman energi Rusia ke China diperkirakan naik sebesar 40 persen tahun ini, dan kedua negara sedang menjajaki pasokan peralatan teknologi ke Rusia.
Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev saat bertemu Chen Wenqing, anggota Politbiro Partai Komunis China mengatakan bahwa meningkatnya hubungan dengan China akan memberikan keuntungan strategis bagi Rusia.
Beijing tidak ikut-ikutan secara terbuka mengecam Rusia atas invasi ke Ukraina.
Namun, sejak Februari 2023 lalu, Xi mengajukan sebanyak 12 poin rencana perdamaian yang ditanggapi dengan skeptis oleh Barat, dan disambut dengan hati-hati oleh Ukraina.
Baca juga: China sasar kerja sama bisnis lebih erat dengan Rusia
Baca juga: Rusia sebut KTT G7 penghasil "histeria" anti-Rusia dan anti-China
Baca juga: Menelaah kebimbangan negara-negara G7 dalam berhadapan dengan China
Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023