Lima baterai lainnya diharapkan berada di tempat dan beroperasi beberapa hari mendatang,"
Brussels (ANTARA News) - Peluru kendali Patriot pertama dari enam baterai rudal digelar di Turki untuk melindungi terhadap tumpahan konflik di tetangga Suriah mulai beroperasi pada Sabtu, kata NATO.
Baterai, yang disediakan oleh Belanda, "akan membantu melindungi kota (selatan) dan rakyat Adana terhadap ancaman rudal," katanya dalam sebuah pernyataan yang dilansir AFP.
"Lima baterai lainnya diharapkan berada di tempat dan beroperasi beberapa hari mendatang," katanya menambahkan.
Selain itu, baterai lain dari Belanda, dua rudal bateria Patriot Jerman akan diposisikan di provinsi tenggara Kahramanmaras, sementara dua lagi bateria Amerika Serikati akan ditempatkan di Gaziantep, hanya 50 kilometer (30 mil) di utara perbatasan.
Setelah mereka sepenuhnya dikerahkan, NATO mengharapkan rudal dari darat-ke-udara itu akan melindungi "sampai dengan 3,5 juta orang Turki" dari kemungkinan serangan Suriah atau dari limpahan dari konflik antara pemberontak dan Damaskus di perbatasan Turki selatan.
Pemberontakan selama 22-bulan di Suriah terhadap Presiden Bashar al-Assad telah menewaskan lebih dari 60.000 orang sejauh ini, menurut angka PBB.
NATO, Amerika Serikat, Jerman dan Belanda sepakat pada Desember untuk menggelar rudal-rudal Patriot dan sampai dengan 350 tentara masing-masing untuk membantu Turki sesama anggota NATO.
Misi NATO dijadwalkan berlangsung satu tahun.Peluru kendali buatan AS rudal Patriot Advanced Capability-3 (PAC-3) dikatakan mampu menghadapi peluncuran rudal dan rudal balistik serta pesawat.
Senjata-senjata itu telah dikerahkan dua kali di Turki. Pertama h selama Perang Teluk tahun 1991 dan lagi selama perang Irak pada tahun 2003.
Ankara menyerukan lagi penyebaran rudal setelah peluru-peluru ditembakkan dari Suriah mendarat di sisi perbatasan Turki pada akhir tahun lalu, menewaskan beberapa warga.
Pemerintah Turki dan NATO telah menekankan bahwa penyebaran sistem rudal adalah untuk tujuan pertahanan saja. Rezim Suriah dan sekutunya Rusia telah mengecam tindakan itu.
(H-AK)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013