Tokyo (ANTARA) - Harga minyak mentah naik untuk hari kedua di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, karena investor memperkirakan pasar yang lebih ketat dipicu kenaikan musiman permintaan bensin dan pengurangan pasokan dari produsen OPEC+, meskipun kekhawatiran atas risiko gagal bayar utang AS membatasi kenaikan.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 20 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 76,19 dolar AS per barel pada pukul 00.52 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 21 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 72,26 dolar AS per barel.

Brent terangkat 0,5 persen pada Senin (22/5/2023), sementara WTI terkerek 0,6 persen, di tengah kenaikan 2,8 persen pada bensin berjangka AS menjelang liburan Memorial Day pada 29 Mei yang secara tradisional menandai dimulainya puncak musim permintaan bahan bakar musim panas.

"Harga minyak mengkonsolidasikan posisi terbawahnya, dibantu oleh peningkatan musiman permintaan bensin AS mulai minggu depan, pengurangan produksi oleh OPEC+ mulai bulan ini dan rencana pembelian AS untuk mengisi ulang Cadangan Minyak Strategis (SPR)," kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, unit dari Nissan Securities.

"Tetapi kekhawatiran atas pembicaraan plafon utang AS dan kemungkinan kenaikan suku bunga AS lebih lanjut membatasi keuntungan," katanya.

Pekan lalu, Departemen Energi AS mengatakan akan membeli 3 juta barel minyak mentah buat mengisi SPR untuk pengiriman Agustus.

Pemotongan produksi sukarela oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, yang mulai berlaku bulan ini juga diperkirakan akan membuat pasar minyak tetap ketat.

Analis Goldman Sachs mengatakan dalam sebuah laporan pada Senin (22/5/2023) bahwa mereka "memperkirakan defisit (pasokan minyak) yang berkelanjutan mulai Juni karena pengurangan produksi OPEC+ sepenuhnya terwujud dan permintaan terus meningkat."

Asia akan memimpin sebagian besar pertumbuhan permintaan minyak itu, menambah konsumsi sekitar 2 juta barel per hari pada paruh kedua tahun ini, kata seorang eksekutif Vitol, Senin (22/5/2023).

Meski begitu, investor juga fokus pada negosiasi untuk menaikkan batas utang AS, konsumen minyak terbesar dunia.

Presiden Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy mengakhiri diskusi pada Senin (22/5/2023) tanpa kesepakatan tentang cara menaikkan plafon utang pemerintah AS sebesar 31,4 triliun dolar AS dan akan terus berbicara hanya 10 hari sebelum kemungkinan gagal bayar.

Gagal bayar AS kemungkinan akan memicu kekacauan di pasar keuangan dan lonjakan suku bunga, yang berdampak pada pertumbuhan permintaan bahan bakar baik secara domestik maupun global.


Baca juga: Minyak naik ketika para pedagang memantau pembicaraan plafon utang AS
Baca juga: Rubel Rusia menguat, saham Yandex capai level tertinggi dalam 1 tahun
Baca juga: Harga minyak turun dipicu jeda pembicaraan plafon utang AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023