Kata netral dalam politik dinilai sesuatu yang ambigu dan tidak jelas konteks sosiologisnya. Dengan mengatakan bahwa secara politik NU ada dimana-mana dan tidak kemana-mana merupakan sesuatu yang tidak relevan lagi setelah NU mendirikan,"
Jakarta (ANTARA News) - Sikap netral Nahdlatul Ulama (NU) dalam politik dinilai tidak lagi relevan, bahkan ambigu, setelah organisasi kemasyarakatan Islam itu mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), kata Sekretaris Dewan Syura PKB Andi Muawiyah.
"Kata netral dalam politik dinilai sesuatu yang ambigu dan tidak jelas konteks sosiologisnya. Dengan mengatakan bahwa secara politik NU ada dimana-mana dan tidak kemana-mana merupakan sesuatu yang tidak relevan lagi setelah NU mendirikan," kata Andi Muawiyah Ramli di Jakarta, Jumat.
Andi yang terlibat langsung dalam pembentukan PKB pada 1998 itu mengatakan NU sebagai jamaah, bukan sebagai jamiyyah atau organisasi, semestinya memiliki sikap dan tujuan yang jelas, termasuk dalam politik.
Mantan aktivis Gerakan Pemuda Ansor itu lantas mengingatkan warga NU kepada pernyataan KH Ahmad Shiddiq dalam Muktamar NU ke-28 yang bertempat di Pondok Pesantren Almunawwir Krapyak, Yogyakarta, 25--28 November 1989.
Dalam forum tersebut, Kiai Ahmad Shiddiq yang saat itu menjabat Rais Aam PBNU dalam khotbah iftitah (pidato pembukaan) menyatakan bahwa NU itu ibarat kereta api, relnya lurus dan jelas tujuannya.
"NU pun diibaratkan toples kaca yang tembus pandang, siapapun bisa melihat isi toles itu. Nah, kondisinya sekarang, kalau NU ada dimana-mana dan tidak kemana-mana, nanti NU akan datang tanpa dijemput, dan pulang tidak diantar," katanya.
Menurut Andi, pernyataan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dalam beberapa kesempatan justru sangat jelas bahwa kanal politik NU adalah PKB.
"Partai NU ya PKB, itu pernyataan Kiai Said, Ketua Umum PBNU, yang sangat relevan," katanya.
Saat menghadiri acara pelantikan DPC PKB Kabupaten Pasuruan, di Pondok Pesantren Is`adul Ummah di Desa Susukan, Kecamatan Pohjentrek, Pasuruan, April 2011, misalnya, Said Aqil secara tegas menyatakan dukungannya terhadap PKB.
"Kanal politik NU adalah PKB. Sebab PKB adalah merupakan satu-satunya partai yang terlahir dari rahim NU, tidak seperti partai berasaskan Islam lainnya," kata Said Aqil saat itu.
Ketika menerima laporan tertulis Fraksi PKB DPR RI di PBNU, Jakarta, September 2012, Said Aqil juga menyatakan bahwa PKB merupakan partai yang paling banyak memberikan kontribusi bagi Nadhliyyin.
(S024/Z003)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013