Munich (ANTARA News) - Masyarakat Bavaria yang berjalan maju diiringi bunyi cemeti panjang, bel sapi tradisional dan 170 mantan juara dari seluruh penjuru dunia, membuka Piala Dunia, Jumat, event olahraga terbesar di jagad raya.
Ribuan fans yang berada di dalam Allianz Arena yang spektakuler dan ratusan juta pemirsa di seluruh dunia memalingkan wajah mereka ke Munchen untuk menyaksikan pembukaan turnamen yang berlangsung sebulan penuh serta pertandingan pembukaan antara tuan rumah Jerman dan Kosta Rika.
Juara dunia tiga kali, Pele dari Brazil, ditemani supermodel Jerman Claudia Schiffer, membawa piala ke stadion di hadapan 60.000 penonton, termasuk Presiden Jerman Horst Koehler dan Presiden Kosta Rika Oscar Arias.
Untuk pertamakalinya dalam sejarah event tersebut, semua anggota tim juara Piala Dunia yang masih hidup hadir, berjalan di lapangan ditimpali tepukan meriah penonton.
"Akhirnya ini bisa dimulai. Selamat datang di Jerman. Semoga kita melihat banyak gol dan fair play," kata Koehler sebelum menyatakan membuka secara resmi turnamen tersebut.
Stadion di Munich yang baru dibangun itu, diselesaikan tahun lalu dengan biaya 340 juta ero, sebagian besar tertutup bendera warna hitam, merah dan emas, warna bendera negara tuan rumah saat paduan suara anak-anak membuka pesta yang diselenggarakan 90 menit sebelum pertandingan pertama dimulai.
"Ini adalah pertandingan paling indah di dunia dan saya disini sejak dimulai. Ini adalah pesta paling meriah di dunia dan saya diundang," kata pendukung Jerman Klaus Breitman dari Cologne, yang tubuhnya dibungkus bendera Jerman serta mengenakan wig berwarna hitam-merah-emas.
Sekitar 7.000 pendukung Kosta Rika yang berada di tribun menambah warna pesta itu.
"Jumlah kami memang kalah, tetapi hati kami lebih besar," kata Guillermo Salas, yang membayar 5.000 dollar AS untuk perjalanan 18 hari, menyaksikan tiga pertandingan.
Ribuan lainnya berkemah di luar stadion dengan harapan bisa memperoleh tiket.
Jerman sebelumnya berencana untuk mengadakan upacara pembukaan yang lebih meriah di Berlin sebelum pertandingan pertama tetapi mereka khawatir pesta itu bisa merusak rumput dan rendahnya penjualan tiket membuat mereka membatalkannya sehingga Munich menjadi penyelenggara upacara yang lebih sederhana.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006