Jakarta (ANTARA News) - Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias menyatakan, tidak tepat penilaian yang disampaikan Ketua DPR RI Agung Laksono bahwa sejak dibentuk hingga setahun bekerja, hasil yang tampak sangat tidak memuaskan dan lamban. "Terima kasih atas evaluasi itu, tetapi saya kira tidak tepat jika disimpulkan seperti itu karena temuannya hanya satu-dua titik, sementara waktu dan cakupan pekerjaan BRR sangat luas," kata Deputy Komunikasi dan Hubungan Kelembagaan, BRR, Sudirman Said kepada ANTARA di Jakarta, Jumat malam. Penegasan tersebut disampaikan menanggapi pernyataan Ketua DPR-RI Agung Laksono sebelumnya bahwa DPR RI kecewa terhadap langkah yang ditempuh BRR karena sejak dibentuk hingga setahun bekerja, hasil yang tampak sangat tidak memuaskan dan lamban. Oleh karena itu, pimpinan DPR, kata Agung, mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk meminta pertanggungjawaban BRR karena hasil kinerjanya tidak maksimal. "Kami sangat kecewa," tegas Agung. Menurut Sudirman, penilaian itu layak disampaikan jika ternyata kunjungan kerja Ketua DPR itu diperpanjang dan lokasi kunjungannya diperbanyak titiknya sehingga diperoleh sampel yang lebih obyektif. "Namun kalau hanya satu dua titik saja, itu tidak tepat," tukasnya. Namun, katanya, tidak menutup kemungkinan kondisi rumah atau lokasi yang dikunjungi Ketua DPR RI tersebut beberapa waktu lalu memang jelek dan tidak memuaskan. "Tapi saya yakin tidak semuanya seperti itu. Tapi, ini juga koreksi bagi kami," katanya. Sudirman juga menggambarkan betapa luasnya tanggung jawab BRR yakni meliputi 1.000 km garis pantai, ribuan desa, ratusan kecamatan dan 15 kabupaten dengan jumlah proyek 1.700 lebih. BRR baru menjalani satu dari empat tahun yang direncanakan. Itu pun pada tahun pertama sudah membangun 30 ribu rumah tipe 36, sedang target tahun ini sebesar 80 ribu rumah. Posisi pada April 2006 sudah tercapai 41 ribu unit rumah. Sementara, target selama empat tahun sebesar 120 ribu unit rumah.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006