... serangan burung pipit dalam kelompok besar dan terus menerus, bisa merugikan petani... "
Negara, Bali (ANTARA News) - Untuk memantau kondisi padi menjelang panen raya, Bupati Jembrana, Bali, I Putu Artha, Jumat, mendatangi areal persawahan di Desa Budeng, dan turut menghalau ratusan burung pipit yang memakan bulir padi.


Pada masa Orde Lama, ada istilah "turba" alias turun ke bawah. Istilah ini ditujukan pada para pejabat untuk langsung mengetahui denyut kehidupan masyarakat yang dia pimpin.

"Kalau serangan burung pipit dalam kelompok besar dan terus menerus, bisa merugikan petani," kata Artha, sambil sesekali ikut mengibaskan alat penghalau milik petani.

Menurut Artha, serangan burung pipit tidak boleh diremehkan, dan harus mendapatkan penanganan serius seperti serangan hama-hama lainnya.

Setelah mendapatkan keterangan dari I Nyoman Sudiana, salah seorang petani, yang mengaku menangkal serangan burung pipit dengan memasang jaring di atas tanaman padinya, Bupati Artha langsung memerintahkan Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan, I Ketut Wiratma, untuk mengkaji hal tersebut.

"Kalau pemasangan jaring efektif menangkal hama burung, segera kaji apa mungkin pemkab membantu pengadaannya. Saya ingin, produktivitas padi bisa meningkat," ujar Artha.

Menurut Sudiana, tidak semua petani mampu untuk membeli jaring yang harganya Rp100.000 hingga Rp150.000 pergulung.

"Satu petak sawah minimal memerlukan lima gulung jaring, padahal rata-rata petani menanam padi lebih dari satu petak. Saya sendiri memerlukan biaya Rp3 juta untuk membeli jaring," katanya.

Selain hama burung pipit, Artha juga mengaku, pihaknya sudah mempersiapkan dana talangan untuk mengantisipasi harga gabah yang anjlok saat panen. (*)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013