Jakarta (ANTARA) - Platform layanan keuangan inklusif Amartha sukses menyalurkan permodalan sebesar lebih dari Rp12 triliun kepada lebih dari 1,7 juta pelaku usaha sejak 13 tahun berdiri.
"Dalam perjalanannya selama 13 tahun ini, Amartha senantiasa melakukan inovasi dengan memanfaatkan teknologi," kata Andi Taufan Garuda Putra, Founder & CEO Amartha dalam siaran pers pada Senin.
Amartha melihat potensi usaha ultra mikro di segmen akar rumput masih sangat besar, kata Andi menambahkan. Namun, banyak tantangan yang dihadapi para pengusaha dalam mengembangkan usahanya, antara lain keterbatasan penetrasi teknologi di pedesaan. Hal ini mendorong Amartha senantiasa berinovasi, termasuk dengan pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) hingga menjalin kolaborasi dengan berbagai stakeholders untuk mengakselerasi penyaluran modal usaha
Baca juga: BI dorong akselerasi ekonomi dan keuangan digital
Beberapa inovasi teknologi Amartha tersebut dieksposisi pada konferensi bidang teknologi dan data terbesar di Asia, yaitu Product Development Conference yang diadakan pada 16-17 Mei 2023 di Menara Mandiri, Jakarta.
Keikutsertaan Amartha dituangkan dalam sesi diskusi panel dengan tema Pemakaian teknologi artificial intelligence (AI) pada aplikasi Amartha dalam meningkatkan kapabilitas usaha di segmen akar rumput.
"Penggunaan AI dan teknologi berbasis data lainnya pada produk dan layanan Amartha diharapkan mampu membantu terciptanya akses yang lebih mudah dan dapat digunakan untuk memahami kondisi segmen akar rumput di lapangan. Amartha cukup gencar dalam mengembangkan produk teknologi yang adaptif dan menawarkan solusi menyeluruh mulai dari temuan dan analisis big data mengenai kondisi pasar, sampai penyederhanaan pengambilan keputusan bisnis," kata dia.
Kini Amartha bertumbuh lebih dari perusahaan penyedia P2P Lending seiring dengan penguatan visinya mengenai kesejahteraan yang merata. Sebagai prosperity platform, Amartha tengah memperluas layanan ke segmen Business to Consumer (B2C) dan Business to Business (B2B) dengan mengombinasikan pendekatan humanis dan teknologi. Pada layanan B2C, Amartha telah menyediakan produk berupa microfinance marketplace dan earn. Sementara layanan B2B terdapat loan channeling, embedded lending, embedded investment, dan credit decision engine.
Amartha memulai perjalanannya sebagai koperasi pada tahun 2010 silam di sebuah desa di Ciseeng, Jawa Barat. Dengan mengimplementasikan model Grameen Bank dan tanggung renteng, Amartha berhasil menjangkau 10.000 pelaku usaha akar rumput lewat layanan keuangan. Tingginya permintaan permodalan dari pelaku usaha ultra mikro, membuat Amartha bertransformasi menjadi perusahaan finansial teknologi (fintek) dan meluncurkan layanan pendanaan secara online melalui aplikasi Amartha pada 2017.
Terhitung pada Kuartal I 2023 ini bisnis Amartha telah tumbuh dua kali lipat secara merata di seluruh wilayah operasional di Pulau Sumatra, Jawa, dan Sulawesi dibandingkan dengan tahun sebelumnya di periode yang sama.
“Di tahun ke-13 ini, Amartha berkomitmen menjangkau lebih banyak lagi pelaku usaha di segmen akar rumput melalui teknologi yang inklusif agar dapat menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan,” tutup Andi Taufan.
Baca juga: Amartha dan Flip kolaborasi hadirkan fitur pendanaan untuk UMKM
Baca juga: Telkom Indonesia: start up akan hadapi tantangan pendanaan di 2023
Baca juga: Tekfin Adapundi catatkan pertumbuhan pada 2022
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023