Hal tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber dalam kuliah tamu secara daring bertema “Gerakan Kebangkitan Nasional Menuju Indonesia Hebat” kepada mahasiswa Magister Manajemen Universitas Ciputra, Surabaya, Sabtu (20/5).
"Salah satu peran dan kontribusi yang bisa diharapkan dari para pengusaha dan wirausaha saat ini adalah membawa Indonesia keluar dari jebakan sebagai negara dengan pendapatan menengah," kata Budi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.
"Salah satu peran dan kontribusi yang bisa diharapkan dari para pengusaha dan wirausaha saat ini adalah membawa Indonesia keluar dari jebakan sebagai negara dengan pendapatan menengah," kata Budi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.
Pada gilirannya, kata dia, Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah kemudian loncat menjadi negara berpendapatan tinggi atau negara maju apabila terciptanya ekonomi yang sehat.
“Kalau semuanya sepakat untuk melakukan reformasi struktural dengan baik, tidak memilih jalan pintas misalnya dalam perizinan, maka bisa tercipta ekonomi yang sehat, dan akan memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan," tuturnya.
Sebab, dia mengingatkan jelang tahun 2030 adalah masa kritis apakah Indonesia akan menjadi negara maju atau sebaliknya terjebak sebagai negara berpendapatan menengah dalam memanfaatkan posisi sebagai negara berpendapatan menengah ke atas.
Di sisi lain, ujarnya lagi, Indonesia mengalami bonus demografi di pertengahan tahun 2030-an hingga 2040, di mana penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan penduduk usia dini dan usia lanjut.
“Kalau usia produktif ini tidak bisa dikapitalisasi atau dimanfaatkan dengan baik atau dikelola, maka kita tidak bisa beranjak menjadi negara maju,” imbuhnya.
Untuk itu, dia menilai strategi untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah yakni diperlukannya inovasi dan efisiensi, pemberdayaan sumber daya manusia (SDM), pembangunan infrastruktur, reformasi struktural, birokrasi yang mudah dan sederhana, serta ekonomi berbasis digital.
“Jika kita tidak bisa loncat, kita tetap berada pada posisi ini, dalam posisi ekonomi menengah. Mau tidak mau, negara ke depan harus memiliki pertumbuhan ekonomi rata-rata enam persen sampai dengan tahun 2040,” katanya.
Di awal, Budi menuturkan bahwa para pengusaha sudah mengambil peran dan memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara sejak masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, seperti H. Samanhudi yang mendirikan Serikat Dagang Islam.
"Dalam perkembangannya Sarekat Dagang Islam berubah menjadi Sarekat Islam dan melahirkan tokoh-tokoh pejuang bangsa seperti HOS Tjokroaminoto,” ujarnya.
Sementara di masa sekarang, kata dia, para pengusaha juga memberikan kontribusi kepada pendapatan negara (APBN) melalui pajak hingga menciptakan lapangan kerja sebagai bentuk sumbangsih dan kontribusi kepada bangsa dan negara.
“Itu kontribusi nyata para pengusaha yang terlibat secara aktif dalam sendi-sendi kehidupan bernegara,” ucapnya.
Adapun dalam rangka menyongsong Pemilu 2024, dia menambahkan para pengusaha pun bisa memberikan kontribusi dengan menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara yaitu memilih dan dipilih dalam pemilu.
“Pemilu adalah proses atau jaminan konstitusi kepada seluruh warga negara, ketika itu kita dimuliakan. Karena itu, dinamakan Pesta Demokrasi. Pada saat pemilu tidak ada perbedaan antara ASN, pengusaha, politisi, guru. Setiap orang memiliki hak pilih dan dipilih yang sama,” kata dia.
Baca juga: Waka MPR serukan parpol kedepankan budaya berpikir kritis
Baca juga: Wakil Ketua MPR sebut Harkitnas momentum anak muda majukan Indonesia
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2023