"Segera diumumkan oleh tim medis independen, Polri tidak ikut dalam kegiatan itu. Rencananya hari ini diumumkan," kata Kabid Humas Polda NTB AKBP Sukarman Husein, yang dihubungi ANTARA dari Mataram, Jumat.
Sukarman masih berada di Kabupaten Sumbawa, terkait penanganan dampak kerusuhan akibat warga terpancing isu menyesatkan bernuansa Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA) itu.
Ia mengatakan, otopsi terhadap jasad Arniati dilakukan tim medis independen di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumbawa, pada Kamis (24/1).
Tim medis independen itu terdiri atas dokter ahli dari Fakultas Kedokteran Universitas Mataram (Unram), RSUD Sumbawa, dan tim medis lainnya di luar institusi kepolisian.
Otopsi jasad Arniati itu merupakan salah satu hasil kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan koordinasi terpadu di Wisma Daerah Kabupaten Sumbawa, guna memperjelas masalah, sekaligus menjawab berbagai kecurigaan yang berkembang menjadi aksi kerusuhan itu.
Rapat koordinasi itu dipimpin Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi, yang juga dihadiri Wakil Gubernur NTB H Badrul Munir, Kapolda NTB Brigjen Pol Mochamad Iriawan, dan Komandan Korem (Darem) 162/Wira Bhakti Kolonel Inf Zulfardi Junin, selain Bupati dan Wakil Bupati Sumbawa serta pimpinan DPRD setempat.
Pertemuan itu juga dihadiri Kepala Staf Kodam (Kasdam) IX/Udayana Brigjen TNI Pratimun, dan perwira dari Mabes Polri.
Dalam pertemuan itu diungkapkan sejumlah alasan yang mendorong perlu dilakukannya otopsi, seperti informasi yang menyebutkan sebelum wanita itu dinyatakan tewas, ia bersama pacarnya terlihat berada di Batu Gong, tempat wisata yang menyediakan sejumlah kafe.
Informasi yang berkembang terkait kematian Arniati, antara lain menyebutkan bahwa Arniati dan pacarnya anggota Polsek Buer, Sumbawa, telah lama menjalin hubungan cinta, namun tidak berujung ke pernikahan.
Pihak tertentu menyebut anggota polisi itu enggan mengawini wanita itu, namun tetap terus berpacaran sehingga seringkali sepasang kekasih itu berbeda pendapat, dan tidak jarang keluarganya ikut memberi masukan.
Dari informasi tersebut, keluarga Arniati kemudian menduga kematian itu mencurigakan, apalagi dilaporkan sebelum kabar kematian tersiar, sepasang kekasih itu diketahui pergi ke kafe di Batu Gong, dan diduga mengkonsumsi minuman beralkohol.
Versi Polda NTB, dalam kerusuhan yang yang dipicu oleh isu menyesatkan yang mengait-ngaitkan kecelakaan lalu lintas dengan unsur SARA itu, sebanyak 35 unit rumah dibakar, puluhan rumah lainnya rusak berat, dua unit toko, dan dua swalayan juga dijarah dan dibakar.
Selain itu, empat mobil dan tujuh sepeda motor dibakar, satu unit hotel (Hotel Tambora) dibakar dan satu bengkel dirusak dan dijarah.
Tujuh sepeda motor lainnya dirusak, enam unit toko dibakar, dan 142 unit kios di Pasar Seketeng, Kecamatan Sumbawa, juga dibakar.
Kerusuhan itu dipicu oleh isu menyesatkan pasca tewasnya Arniati (30) yang beragama Islam dalam kecelakaan sepeda motor yang dikendarai anggota Polri yang beragama Hindu Brigader I Gede Eka Swarjana (31). Arniati yang diketahui merupakan pacar anggota polisi itu membonceng di sepeda motor itu.
Kecelakaan lalu lintas itu terjadi pada hari Sabtu tanggal 19 Januari sekitar pukul 23.00 Wita, di jalan raya jurusan Sumbawa-Kanar kilometer 15-16 di dekat tambak udang Dusun Empang, Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa.
Kronologis kejadian yakni sepeda motor Yamaha Mio DK 5861 WY melaju dari arah Kanar menuju arah Sumbawa, dan ketika tiba di dekat tambak udang itu, kendaraan selip dan terjatuh ke kanan jalan.
Namun, kasus itu dikait-kaitkan dengan unsur SARA dan isu yang berkembang wanita itu bukan tewas akibat kecelakaan lalu lintas, tetapi diperkosa dan dibunuh.
(ANTARA)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013