Banjarmasin (ANTARA) - Badan Pengelola Geopark Meratus Kalimantan Selatan memastikan Balai Adat Malaris atau Balai Adat Agama Kaharingan Suku Dayak Gunung Meratus di Loklahung, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan terus dijaga kelestariannya.
BP Geopark Meratus dan Pemprov Kalsel melalui Dinas Komunikasi dan Informatika Kalsel pun berupaya terus mendorong kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian situs yang besar bangunannya sekitar 50x45 meter tersebut.
Tenaga Ahli Badan Pengelola Geopark Pegunungan Meratus Nur Arif di Loksado, Minggu, mengatakan Balai Adat Malaris menjadi prioritas karena terbesar di kawasan Geopark Meratus.
Baca juga: BP Geopark Meratus siapkan masyarakat ambil manfaat ekonomi geopark
Ia mengatakan, keunikan budaya dan kehidupan masyarakat Suku Dayak Meratus di balai adat ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi sektor pariwisata.
"Situs geopark atau taman bumi tidak bisa terpisahkan dari pengembangan sektor pariwisata, sehingga berdampak pada masyarakat sekitarnya. Situs geopark itu harus berdekatan dengan masyarakat, memberikan dampak pada masyarakat sekitarnya," ujarnya.
"BP Geopark Meratus dan Pemprov Kalimantan Selatan terus berupaya untuk membantu mengupayakan pelestarian hingga pengembangan bagi situs-situs ini agar memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat," katanya.
Baca juga: BP Geopark Meratus siapkan 11 geosite internasional menuju UGG
"Hingga kini balai adat masih berfungsi, utamanya untuk kegiatan ritual-ritual khusus seperti aruh adat," katanya.
Balai Adat merupakan bagian tidak terpisahkan dari budaya dan kehidupan suku di tempat tersebut, karena tidak hanya sebagai tempat melaksanakan ritual, namun juga tempat tinggal.
Di dalam balai adat tersebut, ada bilik-bilik atau layaknya kamar-kamar sebagai tempat ditinggali setiap keluarga, semua rukun bersama, bergotong royong dalam memenuhi kebutuhan sandang maupun pangan.
"Kehidupan Suku Dayak Meratus kental dengan kekeluargaan dan persatuan dalam satu atap yang mungkin sudah ratusan tahun lamanya, tercermin dari gambaran nyata pada balai adat tersebut," katanya.
Baca juga: Temuan arkeologi di kawasan Geopark Meratus segera ditindaklanjuti
Pewarta: Sukarli
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023