Bugar dan merata berkualitas
Dari segi komposisi tim, City adalah tim yang mengerikan, dan alah satu bagian paling mengesankan dari City musim ini adalah bugarnya seluruh anggota skuad.
Hampir tak ada pemain penting City yang cedera selama musim ini. Dan ini berkat Guardiola yang cerdas nan cerdik mengelola tim.
Kedalaman skuad City musim ini juga luar biasa merata, baik pemain inti maupun cadangan, sehingga Guardiola tak kesulitan menyusun tim terbaik.
Di sisi lain, dengan memberikan kesempatan bermain yang relatif seimbang, Guardiola mendapatkan tim yang pemain-pemainnya bugar dan sekaligus bisa tampil bagus.
Pemain-pemain seperti Julian Alvarez dan Aymeric Laporte misalnya, sudah bermain lebih dari 2.300 dan 1.700 menit, bahkan Rico Lewis telah bermain lebih dari 1.000 menit sepanjang musim ini.
Di lain pihak, gelandang-gelandang seperti Riyad Mahrez, Phil Foden, dan Jack Grealish dirotasi dengan baik sehingga melapis kekuatan tim dengan baik pula.
Ini masih ditambah Erling Haaland yang membuat lawan acap lupa bahwa bukan hanya Haaland yang berbahaya di City, karena semua anggota skuad The Citizen adalah berbahaya.
Baca juga: Haaland pecahkan rekor gol terbanyak di Liga Inggris dalam satu musim
Dengan fakta-fakta seperti itu, nasib City kemungkinan besar tidak akan seburuk kala takluk kepada Chelsea dalam final Liga Champions 2021.
Skuad City kini telah belajar dari kegagalan pada musim-musim lalu.
Ini ditambah pengalaman Guardiola dalam memimpin kompetisi Liga Champions yang membuatnya tahu apa yang harus dilakukan agar City menang dan tahu apa yang diperlukan agar pengalaman buruk di masa lalu tidak terulang.
Guardiola adalah pelatih ketiga di Eropa yang paling sering memimpin tim dalam Liga Champions. Dia hanya kalah dari Alex Ferguson dan Carlo Acelotti.
Ferguson memainkan 190 pertandingan Liga Champions yang 102 di antaranya dia menangkan, sedangkan Ancelotti memainkan 188 laga yang 107 di antaranya dimenangkan.
Guardiola sendiri menempati posisi ketiga dengan 157 laga yang 99 di antaranya menang. Namun, Guardiola memiliki efektivitas kemenangan tertinggi, sebesar 64 persen.
Tak heran jika kemudian mereka bisa melibas lawan-lawannya, termasuk raksasa-raksasa seperti Bayern Muenchen dan Real Madrid dalam perjalanan menuju final di Istanbul, Turki, bulan depan.
Hanya nasib sial yang membuat City gagal menjadi tim Inggris keenam yang menjuarai Liga Champions/Piala Eropa setelah Liverpool, Manchester United, Nottingham Forest, Chelsea dan Aston Villa.
Sebaliknya, treble bagi Manchester City dan gelar juara Liga Champions ketiga dalam karir kepelatihan Guardiola, bukan saja kepantasan, tapi juga demi keadilan.
Baca juga: Guardiola mengaku gugup saat Manchester City makin ancam Arsenal
Copyright © ANTARA 2023