Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah tukang ojek dan supir taksi di Jakarta, Jumat, mengatakan mereka enggan bertaruh dalam Piala Dunia 2006 di Jerman, karena takut ditangkap polisi dan dosa. "Kalau tahun-tahun kemarin saya ikutan taruhan, tapi (Piala Dunia) tahun ini engga deh. Polisinya serem, lagian takut dosa," kata tukang ojek, Ali Imron (32). Keengganan untuk memanfaatkan kehadiran Piala Dunia yang diikuti skuad dari 32 negara mulai Jumat (9/6) hingga 9 Juli itu untuk berjudi juga dikemukakan supir taksi, Mujiharto. Menurut dia, lebih baik uang itu digunakan untuk keperluan lainnya. "Sekarang lagi zaman susah, mending uangnya dipakai buat bayar buku anak," kata bapak yang menjagokan Brazil sebagai pemenang Piala Dunia 2006 itu. Tidak seperti "penggila bola" lainnya, Mujiharto, melawan keinginannya untuk membeli pernak-pernik Piala Dunia 2006. Ia mengatakan diriya masih menyimpan kaus seragam tim sepakbola Brazil yang pernah dikenakannya ketika menonton siaran langsung Piala Dunia 2002. "Kalau kaus Brazil, saya masih punya yang bekas (empat) tahun dulu, mendingan itu aja dipakai," katanya. Mujiharto mengaku ia mengenakan kaus kesayangannya itu setiap kali menonton tim favoritnya bertanding. "Nonton bolanya kan malem, lagian saya nontonnya di rumah sama istri, baru kaus itu saya pakai," katanya. Perbedaan waktu Indonesia dengan Jerman terpaut tujuh hingga delapan jam sehingga siaran langsung tim-tim yang bertanding di 12 stadion di negara itu dapat disaksikan di Indonesia pada malam hari. Sementara itu, supir taksi lainnya, Jumi (53), mengatakan, istrinya selalu mengeluh setiap kali ia menonton siaran langsung pertandingan Piala Dunia yang berlangsung dari malam sampai dini hari. "Istri marah-marah, tapi mau diapain lagi, sudah hobi. Lagian empat tahun sekali ini," kata pengagum tim Argentina itu. Tidak hanya istri Jumi yang mengeluhkan siaran langsung Piala Dunia yang sering malam hingga dini hari, Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, juga mengkhawatirkan banyak di antara para pekerja yang akan terlambat masuk kerja karena keasyikan menonton Piala Dunia.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006