Seorang pemimpin harus menjadi contoh bagi anggotanya, dapat menjadi mitra yang egaliter dan memotivasi dari belakang untuk kemajuan bersama
Jakarta (ANTARA) - Atase Kepolisian KBRI Berlin Kombes Pol Shinto Silitonga mengatakan seorang pemimpin hendaknya menerapkan filosofi kepemimpinan nasional dari Ki Hadjar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia, dengan Tut Wuri Handayani, Ing Madyo Mangun Karso dan Ing Ngarso Sung Tulodo.
"Seorang pemimpin harus menjadi contoh bagi anggotanya, dapat menjadi mitra yang egaliter dan memotivasi dari belakang untuk kemajuan bersama," kata Kombes Shinto Silitonga dalam keterangan, di Jakarta, Jumat.
Hal itu dikatakannya dalam acara Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) di Ferien Dorf, Herbstein di Negara Bagian Hessen, Jerman.
Menurut dia, kepemimpinan harus dilatih mulai dari memimpin diri sendiri. Apalagi menurut data dari Dinas Pertukaran Akademis Jerman (DAAD) , setiap tahun lebih dari 40 persen mahasiswa asing yang mengalami kegagalan dalam menuntaskan pendidikan di Jerman akibat shock culture.
"Kuliah dan bekerja di Jerman tentu menjadi added value dibanding mahasiswa dan pekerja lain, sehingga latihan memimpin diri sendiri menjadi modal kuat untuk berhasil, tidak hanya dalam proses adaptasi, namun juga dalam menghadapi pendidikan dan permasalahan dalam pekerjaan masing-masing," kata Shinto Silitonga.
Baca juga: KBRI Berlin gelar Malam Indonesia bagi warga Jerman
Sementara Konjen RI di Frankfurt,Acep Somantri menekankan pentingnya peserta LDK untuk memiliki dan melatih keterampilan bernegosiasi dalam menjalankan kegiatan sebagai mahasiswa di Jerman.
"Negosiator unggul itu ada bukan karena dilahirkan, namun karena dilatih sehingga dapat memiliki karakter yang kreatif, empati, dan selalu berorientasi membangun hubungan yang baik dengan berbagai pihak," ucapnya.
Pihaknya kemudian berbagi pengalaman tentang bagaimana diplomasi kesehatan ketika menjabat sebagai Kepala Biro Kerja sama Luar Negeri Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada periode 2017-2020.
"Kompetisi dengan banyak negara untuk mendapatkan akses dan distribusi vaksin ketika awal pandemi COVID-19 menjadi pertaruhan negosiasi dan diplomasi kesehatan yang besar bagi Indonesia untuk bisa mengatasi krisis kesehatan dunia tersebut, dan hasilnya Indonesia bisa mendapatkan vaksin secara berkelanjutan sehingga dapat mencapai kekebalan komunal," kata Acep.
Baca juga: KBRI Berlin gagas pelatihan penyelia halal bagi diaspora Indonesia
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023