Kalianda (ANTARA News) - Puluhan rumah penduduk sejumlah desa di Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung terendam air akibat hujan deras sejak Selasa (22/1) yang mengguyur daerah tersebut.
Informasi yang dihimpun, puluhan rumah warga yang tergenang air itu berada di Desa Lematang, Kecamatan Tanjungbintang dan di Desa Kertosari, Kecamatan Tanjungsari.
Camat Tanjungbintang Laila Soraya, di Tanjungbintang, Rabu, mengatakan sebanyak enam rumah warga di Jalan Ir Sutami tergenang cukup parah hingga ketingian 1,5 meter karena rumah warga itu berada dekat sungai dan sungai meluap akibat hujan deras.
Sementara rumah-rumah yang lain hanya kemasukan air namun tidak separah enam rumah milik yang tinggal di pinggir Jalan Ir Sutami tersebut.
Namun, banjir itu tidak menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda karena sebelum air datang warga sudah mengantisipasinya dengan menyelamatkan barang-barang berharga kemudian mengungsi ke tempat saudaranya yang tidak terendam air.
"Daerah pemukiman penduduk itu memang daerah langganan banjir dan posisinya lebih rendah dibanding jalan sehingga saat air datang selalu terendam," katanya.
Sementara pantauan di Desa Kertosari, Kecamatan Tanjungsari, ketinggian air sampai masuk ke rumah-rumah warga akibat guyuran hujan deras sejak Rabu (23/1) pagi hingga sore hari.
Rumah warga yang terendam air di tempat itu bervariasi antara 50 sampai 80 centimeter masuk ke dalam rumah sehingga sejumlah warga terpaksa menyelamatkan barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi.
Banjir juga menggenangi ratusan hektare tanaman padi muda milik penduduk setempat dan terancam membusuk dan mati apalagi curah hujan sangat tinggi hingga debit air terus bertambah.
Selain itu, sekitar 50 kepala keluarga terisolasi karena jalan yang biasa mereka lalui tergenang setinggi dada orang dewasa dan bagi warga yang ingin membeli kebutuhan pokok atau keperluan lain harus menerjang genangan air itu.
Menurut Supranoto, banjir yang melanda desa itu disebabkan karena proyek tanggul hanya dilakukan di sisi timur sungai sehingga air mengalir ke barat sungai dan merendam pemukiman penduduk.
"Tempat kami berada di pertemuan dua sungai namun pembuatan tanggul masih sebelah timur saja sehingga penduduk yang berada di barat sungai kebanjiran," katanya.
Selain itu, hujan deras yang terjadi di desa itu pada Selasa petang juga sempat menimbulkan korban jiwa karena salah satu warga Mardani (55) warga Desa Kertosari, Kecamatan Tanjungsari, meninggal dunia diduga akibat tersambar petir saat menggembala sapi.
Menurut keterangan saksi dari penduduk setempat, Lis, yang berjarak tidak jauh dari korban saat menggembala, mengatakan korban sebelumnya berniat berteduh di bawah pohon namun tidak beberapa lama terdengar suara petir menggelegar disampingnya yang membuat korban langsung tergeletak ditanah.
"Selain suara menggelegar kilatan cahaya putih juga berada tidak jauh dari korban yang saat ini langsung tergeletak," katanya.
Menurut keterangan, Eko Saputro salah satu keluarga, pada tubuh korban tidak ditemukan adanya tanda-tanda terbakar akibat tersambar petir itu.
Ia memprediksikan, korban terkejut saat petir menyambar didekatnya sementara dalam badannya kurang sehat dalam kondisi kedinginan saat hujan dan berteduh di bawah pohon.
"Mungkin meskipun tersambar petir namun tidak secara langsung, melainkan terkejut karena jantungnya lemah, pembuluh darahnya pecah dan hidungnya mengeluarkan darah," katanya.
Korban dimakamkan di tempat pemakaman setempat pada Rabu siang. (KTA/R010)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013