Denpasar (ANTARA) - Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Made Mangku Pastika mengajak masyarakat di Bali untuk memperkuat komitmen terhadap empat konsensus kebangsaan dalam menghadapi Pemilu 2024.
"Kita ini berbeda suku bangsa, agama, kepercayaan hingga berbeda tingkat pengetahuan. Perbedaan ini bisa membuat kita terpecah belah sehingga perlu ada komitmen penguatan empat konsensus kebangsaan," kata Pastika di Denpasar, Jumat.
Pastika menyampaikan hal itu dalam Acara Sosialisasi Empat Konsensus Kebangsaan bertajuk "Menyongsong Pemilu Serentak 2024 untuk Memperkokoh Empat Konsensus Berbangsa, Tantangan, dan Solusinya".
Sosialisasi yang diikuti puluhan mahasiswa tersebut menghadirkan narasumber Ketua Komisi Pemilihan Umum Provinsi Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan dan akademisi Universitas Pendidikan Nasional Dr I Nyoman Subanda MSi.
Menurut Pastika, pelaksanaan Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 di tengah heterogenitas masyarakat Indonesia tidak saja berpotensi untuk menjadikan bangsa dan negara menjadi lebih baik, tetapi bisa menjadi lebih buruk.
"Harapan kita semua tentunya saja lebih baik. Lebih erat persatuannya, lebih kokoh negara, dan bangsa ini untuk menghadapi dinamika global yang turbulensinya begitu berat," ucap Pastika yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI ini.
Mantan Gubernur Bali dua periode itu mengatakan saat ini situasi politik nasional jelang Pemilu 2024 sudah terlihat mulai menghangat.
"Harapannya dengan mengetahui potensi-potensi pemicu perpecahan melalui acara ini, pemilu bisa berjalan lebih baik. Acara hari ini dengan mengangkat tema terkait Pemilu 2024 bertujuan untuk memperkokoh Empat Konsensus Kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika," katanya.
Pastika mengajak generasi muda tidak boleh pesimistis dalam menghadapi Pemilu 2024 karena pilihan mereka sangat menentukan pemimpin Indonesia dan daerah ke depan.
Baca juga: Mangku Pastika minta generasi muda Bali jangan membeo
Baca juga: MPR: Empat konsensus kebangsaan jawab berbagai tantangan bangsa
Sementara itu Ketua KPU Provinsi Bali I Dewa Agung Lidartawan mengajak generasi muda Bali berperan aktif dalam Pemilu 2024 dengan ikut menjadi penyelenggara pemilu, menjadi relawan demokrasi, dan tidak ikut menyebarkan hoaks.
"Jika ada yang kalah, jangan sampai merusak bangsa ini karena saat Pemilu 2024 merupakan Hari Kasih Sayang," ujarnya.
Lidartawan mengingatkan jangan sampai memilih hanya karena melihat persamaan identitas kedaerahan, seperti soroh (hubungan kekerabatan) ataupun agama tanpa berdasarkan kualitas.
"Mari kita kembalikan pada jati diri bangsa kita. Mari kita memilih dengan melihat apa yang sudah calon-calon itu kontribusikan kepada bangsa dan negara," ujarnya.
Lidartawan mengingatkan jangan sampai memilih hanya berdasarkan "soroh" apalagi membesar-besarkan isu agama dan isu "soroh" itu ke dalam bentuk kampanye
"Ini tanggung jawab kita semua. Tanggung jawab calon dan tanggung jawab pemilih juga. Kalau isu 'soroh' diikuti dengan kualitas ya tidak ada masalah. Tetapi kalau kualitas dikurangi dan 'soroh' dikedepankan, ini yang tidak benar. Jadi mestinya harus mengutamakan kualitas," katanya.
Akademisi Undiknas Dr I Nyoman Subanda berharap anak muda jangan takut terjun ke politik. Namun harus diikuti kemampuan dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
Terkait dengan kampanye pemilu, kata Subanda, seharusnya yang dikedepankan adu program dan adu visi misi.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2023