... keluarga korban yang didukung warga setempat lain, semakin marah ketika mendapat laporan dari pihak kepolisian, kematian Arniati murni kecelakaan lalu-lintas... "
Jakarta (ANTARA News) - 90 orang penduduk setempat diduga menjadi pelaku kerusuhan massa di Kabupaten Sumbawa, NTB. Saat ini mereka telah ditahan dan diperiksa polisi.


"Sebagian besar diduga kuat pelaku kejahatan aksi anarkis ini. Tidak ada korban jiwa dari amuk massa ini," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Indonesia, Brigadir Jenderal Polisi Boy Amar, di Jakarta, Rabu.


Polisi mengerahkan 1.300 personel didukung 476 personel TNI AD setempat untuk melakukan langkah-langkah penghentian, mencegah konflik yang ada hingga mengembalikan kondusivitas keadaan.

Menurut polisi, penyerangan, perusakan, dan pembakaran rumah di kabupaten itu dilakukan sekitar 200 orang di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Seketeng, Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, sekitar pukul 13.00 WITA, kemarin.

"Aksi anarkis ini menyebabkan 13 rumah rusak, dua toko, toko-toko swalayan, hotel, dan pasar tradisional di sana," kata dia. Salah satu hotel yang dirusak massa adalah Hotel Tambora, hotel terbesar di kota itu.


Sejurus amuk massa itu, kantor-kantor tutup, demikian juga bank-bank yang beroperasi di sana sebagaimana pasar. Satu bank pemerintah di sana bahkan mengungsikan pegawainya yang berasal dari etnik tertentu ke luar Pulau Sumbawa menuju Kota Mataram memakai kapal penyeberangan dari Pelabuhan Pototano.


Kekerasan massa itu juga diikuti penjarahan dan pencarian terhadap warga etnik tertentu. Warga yang terancam keamanannya itu lalu diungsikan ke Markas Polres Sumbawa, Komando Distrik Militer setempat, dan beberapa lokasi penampungan lain yang aman. Kompi B Batalion Infantri 742/Satya Wira Yudha yang bermarkas di pinggiran Kota Sumbawa juga dikerahkan untuk mencegah aksi lebih buruk massa yang mengamuk.

Penelusuran polisi menyatakan, amuk massa dipicu kesimpang-siuran kabar tentang perempuan warga setempat yang tewas akibat kecelakaan lalu-lintas. Salah paham berkembang, karena warga terlanjur percaya bahwa perempuan itu tewas dianiaya seorang warga Sumbawa dari etnik pendatang.

"Sebelum dinyatakan tewas, Arniati --perempuan korban tewas itu-- bersama pacarnya yang anggota polisi Brigadir Polisi I Gede Eka Swarjana, keluar bermalam minggu, menggunakan sepeda motor dengan cara berboncengan," katanya.

Sanak-keluarga Arniati curiga dia dibunuh, bukan kecelakaan lalu-lintas. Kecurigaan itu berkembang menjadi amarah saat semakin banyak isu beredar, antara lain menyebutkan visum et reportum menyatakan tanda-tanda kekerasan, yang dikait-kaitkan dengan kekerasan pada alat kelamin perempuan korban itu.

"Sanak-keluarga korban yang didukung warga setempat lain, semakin marah ketika mendapat laporan dari pihak kepolisian, kematian Arniati murni kecelakaan lalu-lintas," kata Rafli.

(S035/Y008)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013