Saham-saham AS naik karena risiko terbesar di meja Wall Street tampaknya akan hilang

New York (ANTARA) - Saham-saham di Wall Street menguat pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), memperpanjang kenaikan untuk hari kedua berturut-turut di tengah meningkatnya optimisme bahwa kesepakatan plafon utang AS dapat dicapai dalam beberapa hari mendatang.

Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 115,14 poin atau 0,34 persen, menjadi menetap pada 33.535,91 poin. Indeks S&P 500 bertambah 39,28 poin atau 0,94 persen, menjadi berakhir di 4.198,05 poin. Indeks Komposit Nasdaq meningkat 188,27 poin atau 1,51 persen, menjadi ditutup pada 12.688,84 poin.

Tujuh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor jasa-jasa teknologi dan komunikasi memimpin kenaikan dengan masing-masing menguat 2,06 persen dan 1,79 persen. Sementara itu, sektor real estat dan bahan pokok konsumen memimpin penurunan dengan masing-masing melemah 0,68 persen dan 0,44 persen.

Saham-saham AS diperdagangkan lebih tinggi didukung harapan kesepakatan plafon utang. Investor semakin yakin bahwa Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin Kongres tampaknya memiliki pemahaman yang sama tentang mencapai kompromi untuk mencegah bencana gagal bayar utang AS.

Ketua DPR Kevin McCarthy mengatakan Kamis (18/5/2023) dia optimis bahwa kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan plafon utang pada waktunya untuk pemungutan suara Dewan Perwakilan Rakyat paling cepat minggu depan.

"Saham-saham AS naik karena risiko terbesar di meja Wall Street tampaknya akan hilang," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan multi-aset daring.

Walmart juga memberikan dorongan untuk sentimen pasar, dengan laporan kuartal pertama yang kuat mengalahkan perkiraan. Raksasa ritel itu juga menaikkan prospek laba setahun penuh.

Investor juga mencerna sejumlah data ekonomi, serta pernyataan yang relatif hawkish dari seorang bankir bank sentral.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Kamis (18/5/2023) bahwa klaim pengangguran baru turun menjadi 242.000 dalam pekan yang berakhir 13 Mei, dibandingkan dengan ekspektasi para ekonom 254.000 dan minggu sebelumnya 264.000.

National Association of Realtors (NAR) mengatakan Kamis (18/5/2023) bahwa penjualan rumah yang ada turun 3,4 persen pada April dari Maret ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman 4,28 juta unit.

"Kombinasi perolehan pekerjaan, persediaan terbatas, dan suku bunga hipotek yang berfluktuasi selama beberapa bulan terakhir telah menciptakan lingkungan permintaan perumahan yang kuat," kata Kepala Ekonom NAR Lawrence Yun, dikutip dari Xinhua.

Sementara itu, Presiden Federal Reserve Dallas Lorie Logan mengatakan Kamis (18/5/2023) bahwa data ekonomi sejauh ini tidak membenarkan melewatkan kenaikan suku bunga pada pertemuan bank sentral pada Juni.

Investor bullish tampaknya melihat jeda potensial sebagai peluang pembelian saham, berdasarkan keyakinan bahwa Fed akan segera mulai memangkas suku bunga, yang akan mendukung valuasi ekuitas yang lebih tinggi, kata CIO Morgan Stanley Wealth Management, Lisa Shalett.

"Namun, tanda-tanda baru-baru ini dari inflasi yang persisten menunjukkan bahwa Fed malah dapat mempertahankan suku bunga lebih lama. Terlebih lagi, melihat siklus kenaikan suku bunga di masa lalu menunjukkan bahwa lebih banyak tekanan ekonomi dan pasar mungkin akan terjadi," kata Shalett.

Baca juga: Saham Asia reli ikuti Wall Street di tengah optimisme plafon utang AS
Baca juga: Wall St ditutup menguat ditopang optimisme pembicaraan plafon utang AS
Baca juga: Wall Street ditutup lebih rendah di tengah ketidakpastian plafon utang

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023