Palembang, Sumatera Selatan (ANTARA) - Balai Pengendalian, Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI menyatakan penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca atau TMC merupakan solusi permanen untuk memitigasi bencana kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan.
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan, Lahan (PPIKHL) Sumatera KLHK Ferdian Krisnanto, di Palembang, Kamis, mengatakan TMC merupakan kegiatan modifikasi atau merekayasa cuaca untuk meningkatkan potensi turunnya hujan di antaranya dengan cara menyemai garam dalam jumlah besar ke awan potensial.
Peningkatan potensi hujan ini sangat dibutuhkan, karena dengan adanya hujan itu lahan mineral dan khususnya lahan gambut yang ada di Sumsel tetap basah dan memperkecil kebakaran.
“Terlebih BMKG memprediksi tahun ini suhu harian akan lebih panas ketimbang sebelumnya sampai akhir tahun, puncaknya di Agustus 2023, atas kondisi itu kebakaran sangat mungkin terjadi dan dikhawatirkan cenderung meluas,” ujarnya.
Baca juga: Sumsel prioritaskan pengawasan lahan tidak produktif cegah karhutla
Baca juga: Keandalan kolaborasi mitigasi karhutla di Sumsel diapresiasi BNPB
Dia menjelaskan, biasanya pelaksanaan TMC ini dilakukan oleh beberapa pihak bisa dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), KLHK, BRGM maupun swasta seperti APP Sinar Mas berikut perusahaan pemasoknya.
Semua pihak tersebut akan bekerja sama dengan TNI Angkatan Udara dan aparat kepolisian untuk melangsungkan penyemaian garam menggunakan armada pesawat selama 15 hari.
Akan tetapi, ia menyebutkan, pelaksanaannya dilakukan secara kondisional tergantung rekomendasi atas hasil analisa BMKG sehingga tepat sasaran dan presisi mengingat ongkosnya terbilang besar.
Pihaknya mencatat setidaknya ada lima kabupaten di Sumsel yang menjadi perhatian untuk dilakukan pembasahan dari TMC, yakni Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Muara Enim, Musi Banyuasin dan Banyuasin karena memiliki lahan mineral dan gambut yang luas.
Sementara untuk 12 kabupaten dan kota lainnya belum masuk skala prioritas, berdasarkan pantauan tim KLHK kondisi lahan di sana masih basah tergenang air sehingga upaya mitigasi cukup melalui pengetatan petugas di lapangan.
“Sasaran utamanya yakni lahan gambut yang mesti selalu basah supaya tak mudah terbakar, dan kalau terbakar pemadamannya sulit sekali,” kata dia.
Disamping TMC, ia memaparkan, KLHK berkomitmen untuk memperketat intensitas petugas di lapangan dalam upaya memitigasi karhutla sehingga bila ditemukan adanya potensi dapat langsung dilakukan penindakan.
Untuk diketahui, melalui pengetatan itu sepanjang Januari – April 2023 setidaknya sudah ada sebanyak 900 hektare lahan terbakar di Sumsel yang berhasil ditanggulangi tim KLHK melalui personel Manggala Agni setempat.
“Lebih jauh, kita tunggu rekomendasi BMKG-BRIN saja, tapi TMC akan lebih baik untuk mengatasi karhutla, terlebih jumlah kasus tahun ini meningkat ketimbang tahun 2022 di periode yang sama ada 600 hektare lahan terbakar di Sumsel,” katanya.*
Baca juga: BRIN berhasil modifikasi cuaca cegah karhutla di Jambi dan Sumsel
Baca juga: Potensi karhutla di Sumsel meningkat dalam satu bulan terakhir
Pewarta: Muhammad Riezko Bima Elko
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023