Singapura (ANTARA) - Dolar AS menguat di dekat puncak tujuh minggu di Asia pada Kamis sore, setelah Presiden Joe Biden dan anggota kongres utama AS dari Partai Republik Kevin McCarthy bekerja untuk menghindari gagal bayar utang yang merusak, sementara dolar Australia tergelincir setelah data pekerjaan mengecewakan.
Biden dan McCarthy pada Rabu (17/5/2023) menggarisbawahi tekad mereka untuk segera mencapai kesepakatan guna menaikkan plafon utang pemerintah sebesar 31,4 triliun dolar AS, setelah sehari sebelumnya setuju untuk bernegosiasi langsung setelah kebuntuan selama berbulan-bulan.
Sementara pertemuan yang optimis membantu meredakan kekhawatiran akan gagal bayar utang Amerika yang belum pernah terjadi sebelumnya, suasana hati-hati membuat pengambilan risiko menjadi sulit.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tetap tinggi di perdagangan Asia setelah naik di sesi sebelumnya, karena investor menjual obligasi safe-haven setelah ada tanda-tanda positif pada negosiasi batas utang. Imbal hasil naik ketika harga obligasi turun.
Meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah membantu mengangkat dolar AS. Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar menguat di dekat puncak tujuh minggu Rabu (17/5/2023) dan terakhir berdiri di 102,92.
Euro melemah di dekat level terendah enam minggu sesi sebelumnya dan terakhir dibeli 1,0833 dolar, sementara sterling turun 0,09 persen menjadi 1,2476 dolar.
"Kami mendapat beberapa headline positif atas negosiasi plafon utang ... sehingga jelas mendukung sentimen pasar," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia (CBA). "Akibatnya, imbal hasil meningkat dan ekuitas juga membukukan beberapa keuntungan yang solid."
Imbal hasil surat utang pemerintah dua tahun terakhir di 4,1543 persen, setelah meningkat sebanyak 10 basis poin di sesi sebelumnya, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun terakhir bertahan di 3,5660 persen.
Aksi pasar awal di Asia sebagian dipimpin oleh dolar Australia, setelah data pada Kamis menunjukkan bahwa lapangan kerja Australia secara tak terduga turun pada April, menyusul kenaikan yang sangat besar selama dua bulan. Tingkat pengangguran juga meningkat, sebagai tanda bahwa pasar tenaga kerja yang panas mungkin akan mendingin.
Aussie tergelincir sekitar 0,4 persen setelah rilis data dan terakhir diperdagangkan 0,16 persen lebih rendah di 0,66485 dolar AS.
"Sementara angka ketenagakerjaan sedikit menurun, (Reserve Bank of Australia) masih akan mempertimbangkan ketenagakerjaan yang ketat. Dan itu menyisakan potensi kenaikan atau dua kenaikan lagi di beberapa titik di masa depan, kecuali inflasi turun lebih cepat dari yang mereka perkirakan saat ini," kata Matt Simpson, analis pasar senior di City Index.
Di tempat lain, dolar naik ke level tertinggi dua minggu di 137,745 yen, memperpanjang kenaikan hampir 1,0 persen pada Rabu (17/5/2023) terhadap mata uang Jepang.
"Dolar/yen terus menjadi pasangan sentimen risiko favorit pasar, jadi di belakang beberapa perkembangan positif pada negosiasi plafon utang, kami melihat dolar/yen melepas beberapa kerugian baru-baru ini," kata Kong dari CBA.
Kiwi naik 0,18 persen menjadi 0,6259 dolar AS.
Selandia Baru pada Kamis mengumumkan defisit anggaran yang lebih buruk dari perkiraan karena ekonomi yang melambat dan pajak yang lebih rendah menghantam pundi-pundinya, membuat pemerintah Partai Buruh dalam situasi bahaya karena rencana pengeluarannya diperkirakan akan memicu tekanan inflasi.
Di Asia, yuan China merosot ke level terendah terhadap dolar sejak Desember, setelah melemah melewati level kunci 7,0 per dolar pada Rabu (17/5/2023) untuk pertama kalinya dalam lima bulan, di tengah ketegangan geopolitik dan lebih banyak tanda pemulihan China pasca-COVID kehilangan tenaga.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023