Akibat dari efek warisan COVID-19, krisis Ukraina, perubahan iklim, dan pergeseran kondisi ekonomi makro...

PBB (ANTARA) - Perekonomian dunia menghadapi risiko periode pertumbuhan rendah yang berkepanjangan sebagai akibat dari efek warisan COVID-19, krisis Ukraina, perubahan iklim, dan pergeseran kondisi ekonomi makro, bahkan ketika gambaran global langsung menunjukkan sedikit perbaikan, menurut laporan PBB dirilis Selasa (16/5).

Inflasi yang sangat tinggi di negara-negara maju dan berkembang setelah pandemi mendorong kenaikan suku bunga paling agresif dalam beberapa dekade.

Meskipun tingkat suku bunga naik, pengeluaran rumah tangga dan lapangan kerja, terutama di negara-negara maju tetap tangguh, sehingga mempersulit bank-bank sentral menjinakkan inflasi, menurut pembaruan pertengahan tahun dari laporan Situasi dan Prospek Ekonomi Dunia Januari 2023.

Dengan latar belakang ini, perlambatan pertumbuhan global untuk tahun 2023 kemungkinan tidak akan separah yang diantisipasi sebelumnya, terutama karena belanja rumah tangga yang tetap kuat di ekonomi-ekonomi terbesar, terutama di Amerika Serikat dan Uni Eropa, serta pemulihan di China, kata laporan itu.

Pertumbuhan global sekarang diproyeksikan sebesar 2,3 persen untuk tahun 2023, naik dari perkiraan 1,9 persen dalam laporan Januari. Pembaruan tengah tahun merevisi turun pertumbuhan global untuk 2024 menjadi 2,5 persen dari 2,7 persen.

Di Amerika Serikat, belanja rumah tangga yang tangguh telah mendorong revisi naik perkiraan pertumbuhan menjadi 1,1 persen untuk tahun 2023 dari 0,4 persen pada prediksi Januari.

Perekonomian Uni Eropa kini diproyeksikan tumbuh 0,9 persen, bukan 0,2 persen. Pertumbuhan China tahun ini direvisi menjadi 5,3 persen dari 4,8 persen.

Meskipun mengalami peningkatan tersebut, tingkat pertumbuhan global masih jauh di bawah tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 3,1 persen dalam dua dekade sebelum pandemi. Bagi banyak negara berkembang, prospek pertumbuhan memburuk di tengah pengetatan kondisi kredit dan meningkatnya biaya pembiayaan eksternal, kata laporan itu.

Di Afrika dan Amerika Latin dan Karibia, produk domestik bruto per kapita diproyeksikan hanya sedikit meningkat tahun ini. Negara-negara kurang berkembang diperkirakan tumbuh sebesar 4,1 persen pada 2023 dan 5,2 persen pada 2024, jauh di bawah target pertumbuhan 7,0 persen yang ditetapkan dalam Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030, katanya lagi.

Prospek ekonomi global saat ini menghadirkan tantangan langsung untuk mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, kata Li Junhua, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk urusan ekonomi dan sosial, dalam siaran pers.

"Komunitas global harus segera mengatasi kekurangan pendanaan yang dihadapi oleh banyak negara berkembang, memperkuat kapasitas mereka untuk melakukan investasi penting dalam pembangunan berkelanjutan dan membantu mereka mengubah ekonomi mereka untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang yang inklusif dan berkelanjutan," katanya.

Pembaruan tengah tahun dan laporan Januari disiapkan oleh Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB, yang dipimpin Li.
Baca juga: Ekonom proyeksikan ekonomi RI tetap tangguh meski global lesu
Baca juga: Saham Asia dibuka melemah tertekan kekhawatiran pertumbuhan global

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023