Dalam situasi yang seperti itu, idealnya ada figur tokoh yang mampu menjadi perekat. Dan tokoh itu harusnya diambil Surya Paloh. Sayangnya, Surya Paloh justru ikut hanyut menjadi bagian dari konflik itu,"
Jakarta (ANTARA News) - Perpecahan dua kubu di Partai Nasdem, antara Hary Tanoesoedibjo (HT) dengan Surya Paloh, akan menjadi pertanda awal yang buruk bagi masa depan buat Partai Nasdem, partai baru yang lolos verifikasi KPU itu, kata peneliti.
Peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Toto Izul Fatah kepada pers di Jakarta, Senin, mengatakan, pilihan sikap mundurnya Harry Tanoe, setidaknya hal itu meng-affirmasi tentang dua hal.
Pertama, seperti sudah diprediksi sebelumnya, sebagai partai baru, Nasdem masih memiliki masalah dengan soliditas mesin partai. Para elitnya belum teruji memiliki record yang handal dalam mengatasi konflik.
"Kedua, keunggulan partai Nasdem selama ini ternyata masih berkategori 'bubble' yang rawan pecah. Kenapa? Karena partai dibangun sejak awal tidak dengan fondasi yang kokoh," ujarnya.
Menurut Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI itu, Partai Nasdem dibangun dari pencitraan dan polesan popularitas tanpa dibarengi dengan penguatan soliditas mesin partai dengan aneka program-programnya yang merakyat.
"Dalam situasi yang seperti itu, idealnya ada figur tokoh yang mampu menjadi perekat. Dan tokoh itu harusnya diambil Surya Paloh. Sayangnya, Surya Paloh justru ikut hanyut menjadi bagian dari konflik itu," katanya.
Toto menduga hal tersebut terjadi setelah Surya Paloh memilih ngotot untuk ikut terlibat dalam bursa ketua umum partai Nasdem. Padahal, Surya Paloh sebaiknya mengambil posisi dan peran sebagai "King Maker" di partai seperti yang dilakukan Pak Harto di Golkar dan SBY di Demokrat.
Surya Paloh seyogyanya sadar bahwa pilihan untuk ikut dalam bursa ketua umum sebenarnya justru menurunkan harga jualnya sebagai figur perekat di partai.
"Dengan sikap mundurnya Harry Tanoe, saya menduga ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, Partai Nasdem akan kembali bernasib serupa dengan parpol baru lainnya, yakni tak akan melewati 5 persem perolehan suara nasional, yang itu berarti hanya akan melengkapi jumlah parpol yang berstatus papan bawah. Apalagi, dalam kontek dimana popularitas Nasdem dengan 5 persen suara di berbagai lembaga survei belakangan," katanya.
Hal tersebut, kata Toto, pertama, naiknya popularitas Nasdem lebih karena kontribusi peran media lewat aneka iklannya yang massif, bukan karena berjalannya mesin partai. Itu artinya, dengan hengkangnya Hary Tanoe berarti ada peran signifikan yang hilang.
Kedua, partai Nasdem dibawah komando Surya Paloh bisa secepatnya "me-recovery" diri dengan aneka gebrakan program dan kebijakan yang, bukan hanya bisa mendongkrak popularitas tapi juga elektabilitas.
Toto menegaskan, peluang tersebut sebenarnya terbuka sangat lebar. Apalagi, ditengah menguatnya ekspektasi publik kepada Nasdem sebagai partai pembawa perubahan.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Patrice Rio Capella mengatakan pengunduran diri Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem Hary Tanoesoedibjo tidak akan mempengaruhi partainya.
"Pak Hary Tanoe mundur tak berpengaruh," kata Rio saat dihubungi wartawan.
Dia yakin kinerja partainya akan tetap bagus dan bisa menggalang dukungan banyak pemilih pada pemilihan umum tahun 2014 mendatang.(*)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013