"Genangan air sendiri mulai surut pada Jumat siang. Namun lumpur dan sampah yang tertinggal membuat sulit keluarga meminta bantuan ke luar rumah," kata warga yang tinggal di daerah tersebut Hanif Ahmad di Jakarta, Ahad malam.
Menurut dia, warga membutuhkan alat pembersih dan cairan desinfektan untuk menghilangkan bau amis lumpur serta sampah yang menumpuk.
Selain itu warga juga masih membutuhkan makanan dan minuman karena ada beberapa kepala keluarga yang terisolasi akibat akses jalan terhambat lumpur.
"Ketebalan lumpur mencapai sekitar 30 centimeter dan kami mohon pemerintah provinsi mengerahkan truk sampah dan truk tangki air untuk membersihkan lumpur di jalan sehingga kami mendapat akses," kata Hanif.
Dia menjelaskan air yang menggenangi rumah dan ruas jalur di bawah jalan lintas layang Kalibata pada Kamis mencapai sekitar 2,5 meter.
Hanif mengatakan bantuan pakaian yang disalurkan sudah mencukupi kebutuhan sandang warga.
Sementara itu listrik di kawasan setempat hingga saat ini masih dipadamkan oleh PLN untuk menghindari terjadinya arus pendek dan kebakaran.
"Untuk kebutuhan air, kami penuhi dengan sumur sendiri. Namun untuk fasilitas listrik, kami mendapat kabar dari PLN akan diaktifkan pada Jumat (25/1) karena khawatir masih akan terjadi banjir lanjutan," kata Hanif.
Kendati jalan Kalibata di bawah jalan lintas layang sudah bisa dilewati kendaraan bermotor, namun masih terdapat genangan lumpur dan beberapa tumpukan sampah basah.
Sementara itu kondisi Sungai Ciliwung yang melintang di bawah jalan lintas layang tersebut dipenuhi tumpukan sampah rumah tangga, kayu dan bambu.
Hanif khawatir jika pemprov tidak segera mengangkut sampah tersebut maka jika terjadi banjir lanjutan maka sampah akan naik ke rumah warga dengan jumlah yang lebih banyak. (B019/Z002)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013