Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia sebagian besar melemah pada perdagangan Selasa, di tengah data ekonomi China yang lebih lemah dari perkiraan, namun indeks saham Jepang yang lebih luas mencapai level tertinggi 33 tahun didorong reli di pembuat cip menyusul kenaikan sektor teknologi AS.

Antisipasi pelemahan dolar juga meredam pasar negara berkembang, meskipun investor waspada terhadap negosiasi pagu utang pemerintah AS yang penting, dengan lebih dari dua minggu lagi sebelum pemerintah kehabisan uang untuk membayar tagihannya.

Indeks Topix Jepang berakhir naik 0,58 persen menjadi menetap di 2.127,18 poin, merupakan level tertinggi sejak Agustus 1990. Indeks acuan Nikkei Jepang juga menguat 0,73 persen menjadi ditutup pada 29.842,99 poin.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang terkerek 0,32 persen lebih tinggi. Sementara itu, indeks saham unggulan China CSI 300 berakhir turun 0,52 persen serta indeks Komposit Shanghai ditutup merosot 0,60 persen.

Indeks Hang Seng Hong Kong menghapus kenaikan awal menjadi berakhir melemah 0,16 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia juga ditutup kehilangan 0,45 persen, terseret penurunan saham emas dan teknologi, karena para pedagang menunggu risalah pertemuan kebijakan terakhir bank sentral untuk menilai lintasan kenaikan suku bunga.

Produksi industri China tumbuh 5,6 persen pada April dari tahun sebelumnya, meningkat dari laju 3,9 persen yang terlihat pada Maret dan menandai pertumbuhan tercepat sejak September 2022, data menunjukkan pada Selasa. Tapi itu jauh di bawah ekspektasi untuk kenaikan 10,9 persen dalam jajak pendapat Reuters dari para analis.

Penjualan ritel juga meleset dari ekspektasi, dan, dengan latar belakang industri China yang lemah, pertumbuhan kredit dan indikator impor, menyoroti pemulihan pasca-COVID yang goyah.

Dengan pembacaan yang lebih lembut, pasar mengharapkan respons kebijakan untuk mencoba dan menopang ekonomi dan memastikan bahwa kepercayaan perusahaan kembali dan pertumbuhan lebih berkelanjutan, kata Kerry Craig, ahli strategi pasar global di JPMorgan.

"Pasar berpikir bahwa Fed selesai (dengan kenaikan suku bunga) dan dolar AS akan turun sedikit sehingga mendukung pasar di Asia," kata Craig.

Indeks dolar turun 0,029 persen, dengan yen Jepang menguat 0,10 persen versus mata uang AS di 135,98 per dolar.

Data manufaktur yang lamban dari Negara Bagian New York pada Senin (15/5/2023) menimbulkan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi AS yang dapat membantu menurunkan inflasi, membantu kasus Federal Reserve untuk menghentikan kenaikan suku bunga.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun turun 2,1 basis poin menjadi 3,4831 persen pada Selasa.

Minyak mentah AS naik 0,41 persen menjadi 71,40 dolar AS per barel dan Brent menguat 0,45 persen menjadi 75,57 dolar AS per barel. Di sisi lain, emas di pasar spot turun 0,21 persen menjadi 2.016,48 dolar AS per ounce.

Baca juga: Wall St naik tipis, data manufaktur angkat kekhawatiran pelambatan AS
Baca juga: Dolar tertekan risiko gagal bayar AS, Aussie, yuan terseret data China
Baca juga: Minyak naik di Asia didorong rencana AS isi SPR, kebakaran di Kanada

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023