"Kalau Tambora meletus sampai 43km secara vertikal, Krakatau sampai 100km, Merapi tidak meletus, tetapi melalui pembentukan kubah lava yang jika tak stabil akan mengeluarkan lelehan lava secara perlahan dengan awan panas," kata Igan Sutawijaya.Yogyakarta (ANTARA News) - Gunung Merapi tidak mungkin meletus seperti letusan gunung berapi lainnya atau biasa dibayangkan orang, tetapi hanya terus mengeluarkan lava pijar dan membentuk kubah yang jika telah penuh akan gugur dan mengalir. "Itu disebut meletus tipe Merapi," kata Direktur Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Kawasan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr Agus Kristijono yang ditanya di sela-sela pemberian bantuan kemanusiaan BPPT di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Klaten, Jawa Tengah, Kamis. Dengan demikian, ujarnya, yang ada hanyalah peningkatan aktivitas karena menyemburkan awan panas yang lebih banyak serta gugurnya lava hingga radius yang lebih jauh. Namun, lanjut dia, berhubung aktivitas hari ini lebih meningkat lagi dibanding kemarin (Rabu), sudah seharusnya warga Merapi di radius 5km dari puncak dievakuasi, khususnya di sebelah Tenggara dan Selatan. "Ini kejadian kedua setelah kubah geger buaya runtuh, tadinya berbentuk benteng, tetapi sekarang begitu runtuh benteng itu jadi terbuka dan lava pun dengan mudah mengaliri lerengnya," katanya. Sebelumnya, Peneliti pada Pusat Vulkanologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Igan S Sutawijaya mengatakan sifat khas Gunung Merapi tidak akan meletus secara vertikal tetapi hanya mengeluarkan lelehan dan guguran berupa awan panas, longsoran lava dan materi lainnya. "Kalau Tambora meletus sampai 43km secara vertikal, Krakatau sampai 100km, Merapi tidak meletus, tetapi melalui pembentukan kubah lava yang jika tak stabil, mengeluarkan lelehan lava secara perlahan dengan awan panas," katanya. Ketika aktivitas meningkat, Merapi mengeluarkan lava dan awan panas yang sangat berbahaya karena melaju dengan kecepatan tinggi hingga 200km per jam dengan suhu mencapai 600 derajat Celcius, katanya. Saat ini, ujar Igan, Merapi sudah rontok terus yang jika seperlima kubah saja "ambrol" akan seperti kejadian tahun 1994. Jumlah gunung api di Indonesia mencapai 129 buah, sebanyak 32 berada di Jawa. Sedangkan yang perlu terus dipantau ada sekitar 80 buah. Sementara itu Bupati Klaten Sunarna mengatakan, sudah 4.451 warga Klaten yang dievakuasi terkait aktivitas Merapi itu, dengan demikian Klaten memiliki paling banyak pengungsi dibanding tiga kabupaten lain di sekitar gunung Merapi. "Itu karena kesadaran warga kami tinggi. Tiga kelurahan yang paling rawan adalah Balerante, Tegalmulyo dan Sidorejo yang ketiganya berada di radius 4km dengan total jumlah penduduk sekitar 7.900 orang," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006