Beijing (ANTARA) - Industri penerbangan China mengalami kerugian yang sangat besar sepanjang tahun 2022 sebagai dampak dari pandemi COVID-19.
Kerugian yang dialami sejumlah maskapai China pada 2022 mencapai angka 217,44 miliar yuan atau sekitar Rp462,6 triliun, sebagaimana data Badan Penerbangan Sipil China (CAAC) di beberapa media setempat, Senin.
Kerugian tersebut meningkat sebesar 137,46 miliar yuan (Rp292,4 triliun) dibandingkan dengan 2021.
Pendapatan operasional penerbangan China pada 2022 berjumlah 336,48 miliar yuan (Rp715,9 triliun) atau berkurang 20,5 persen dibandingkan dengan pendapatan tahun sebelumnya.
Volume penerbangan domestik pada 2022 turun sebesar 39,5 persen dan jumlah penumpang domestik juga berkurang 40,9 persen.
Pada 2022 rute penerbangan internasional dari China hanya 336, padahal pada 2019 mencapai 953.
Sejak China menurunkan level protokol kesehatan antipandemi COVID-19, data penerbangan setempat menunjukkan tren peningkatan.
Pada Maret 2023, penerbangan domestik harian rata-rata berjumlah sekitar 11.657 atau tumbuh 133,52 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2022, sebagaimana laporan yang dirilis oleh VariFlight, penyedia layanan data penerbangan sipil berbasis di China.
Maskapai penerbangan China juga beramai-ramai membuka kembali beberapa rute internasional. China Southern Airlines melayani rute Beijing Daxing-Tokyo Haneda tiga kali dalam sepekan, sementara maskapai "pelat merah" China itu juga juga melanjutkan kembali penerbangan Guangzhou-Tokyo Haneda empat kali dalam sepekan.
Maskapai yang bermarkas di Guangzhou, Provinsi Guangdong, itu juga akan terbang dari Beijing Daxing ke London tujuh kali dalam sepekan mulai 7 Juni mendatang.
Baca juga: Transportasi penerbangan sipil China tunjukkan pemulihan kuat di Q1
Baca juga: Air China buka kembali penerbangan langsung Roma dan Beijing
Baca juga: China catat kemajuan dalam pembangunan bandara pada 2022
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023