Peneliti dari Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN Teguh Wahyono mengatakan implementasi teknologi itu tidak mempengaruhi kualitas dan sifat anti bakteri madu.
"Selain itu, ternyata kandungan antioksidan produk madu dapat meningkat dengan treatment kami," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Teguh menjelaskan bahwa kajian tim risetnya adalah untuk memperpanjang umur simpan produk turunan madu berupa pangan fungsional berbasis madu hutan dan bahan-bahan herbal terpilih.
Produk madu tersebut merupakan karya anak bangsa yang bernaung dalam UMKM Imago Randau Harmoni.
BRIN melakukan pengolahan terhadap produk madu tersebut berupa perlakuan evaporasi dan iradiasi pada dosis tertentu. Hasilnya adalah terjadi penurunan kelembaban dan keasaman produk.
Menurut Teguh, nilai kelembaban dan keasaman yang menurun akan menurunkan kesempatan mikroba untuk berkembang dalam medium produk.
Baca juga: BRIN kembangkan pengering makanan instan kemasan
"Hal tersebut akan meningkatkan umur simpannya. Menariknya, perlakuan evaporasi dan iradiasi tidak banyak merubah warna dan struktur pada produk, sehingga tidak mempengaruhi penerimaan konsumen," jelasnya.
Saat ini riset tentang peningkatan umur simpan madu itu sedang dalam tahap pendaftaran paten dan tahap review pada jurnal global bereputasi tinggi.
Teguh mengungkapkan bahwa aplikasi teknologi itu memerlukan fasilitas pendukung untuk mendampingi produk-produk UMKM yang berpotensi untuk ekspor ke luar negeri.
Melalui riset itu, dia meraih penghargaan sebagai satu dari 12 Peneliti BRIN Berprestasi Tahun 2023.
Baca juga: BRIN dorong periset fokus meraih hak paten
Baca juga: BRIN berikan penghargaan kepada 12 periset berprestasi
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023