Harga minyak tergelincir di awal perdagangan Asia pada Senin pagi.
Singapura (ANTARA) - Harga minyak tergelincir di awal perdagangan Asia pada Senin pagi, karena kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar di konsumen minyak global utama AS dan China mengimbangi optimisme tentang pengetatan pasokan dari pemotongan OPEC+ dan dimulainya lagi pembelian AS untuk cadangan.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 43 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 73,74 dolar AS per barel pada pukul 01.30 GMT.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan di 69,67 dolar AS per barel, turun 37 sen atau 0,5 persen.
Pekan lalu, kedua harga acuan turun selama empat minggu berturut-turut, penurunan mingguan terpanjang sejak September 2022, karena kekhawatiran bahwa Amerika Serikat dapat memasuki resesi karena "risiko signifikan" dari gagal bayar bersejarah dalam dua minggu pertama Juni.
Investor mencari tempat berlindung yang aman seperti dolar AS, memperkuat mata uang yang membuat komoditas berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Harga minyak masih di bawah tekanan, karena prospek permintaan yang lesu di tengah kemajuan pembukaan kembali ekonomi China tampak bergelombang," kata analis CMC Markets Tina Teng, menambahkan bahwa kejatuhan perbankan AS juga telah menyebabkan kegelisahan pasar.
Investor akan melihat data ekonomi China untuk produksi industri, investasi aset tetap, dan penjualan ritel di minggu depan untuk tanda-tanda peningkatan permintaan minyak, katanya pula.
"Dengan pembukaan kembali yang tidak merata di China dan kekhawatiran bahwa AS menghadapi perlambatan pertumbuhan pada saat tanggal X untuk plafon utang semakin dekat, diakhiri dengan reli dolar AS, sentimen pasar terhadap minyak mentah akan tetap hangat," kata analis IG Tony Sycamore.
Namun, pasokan minyak mentah global dapat mengetat di paruh kedua karena OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, melakukan pengurangan produksi tambahan yang mengurangi ketersediaan minyak mentah.
Kelompok tersebut mengumumkan pada April bahwa beberapa anggota akan memangkas produksi lebih lanjut sekitar 1,16 juta barel per hari, sehingga total volume pemotongan menjadi 3,66 juta barel per hari, menurut perhitungan Reuters.
Namun, Irak tidak memperkirakan OPEC+ untuk melakukan pemotongan lebih lanjut pada produksi minyak pada pertemuan berikutnya Juni, kata menteri perminyakan Hayan Abdel-Ghani.
AS dapat mulai membeli kembali minyak untuk Cadangan Minyak Strategis (SPR) setelah menyelesaikan penjualan yang diamanatkan kongres pada Juni, kata Menteri Energi Jennifer Granholm kepada anggota parlemen pada Kamis (11/5).
Pengumuman ini diikuti oleh laporan mingguan oleh perusahaan jasa energi Baker Hughes Co yang menunjukkan rig minyak AS turun dua menjadi 586 minggu ini, terendah sejak Juni 2022, sementara rig gas turun 16 menjadi 141.
Sementara itu, para pemimpin negara-negara Kelompok Tujuh (G7) dapat mengumumkan langkah-langkah baru pada pertemuan 19-21 Mei yang menargetkan penghindaran sanksi yang melibatkan negara ketiga, kata pejabat yang mengetahui langsung diskusi tersebut.
Pengetatan sanksi juga akan merusak produksi energi Rusia di masa depan dan mengekang perdagangan yang mendukung militer Rusia, kata mereka.
India dan China, masing-masing importir minyak mentah nomor satu dan tiga di dunia, telah menjadi pembeli utama minyak mentah Rusia sejak embargo Uni Eropa dimulai pada Desember.
Baca juga: Minyak turun dalam perdagangan yang hati-hati jelang data inflasi AS
Baca juga: Minyak turun di Asia setelah stok AS meningkat secara mengejutkan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023