Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah pusat menegaskan bahwa tidak terjadi letusan Gunung Merapi pada Kamis pagi, melainkan munculnya awan panas seperti yang terjadi dalam satu bulan terakhir ini. Karena itu, pemerintah meminta masyarakat setempat untuk tidak panik namun agar menjauhi kawasan Gunung Merapi hingga setidaknya sejauh tujuh kilometer dari gunung berapi tersebut. "Masyarakat tidak usah khawatir. Merapi tidak meletus," tegas Menko Kesra Aburizal Bakri di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis siang, usai mengikuti rapat yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membahas masalah Gunung Merapi. Selain oleh Aburizal, rapat itu juga diikuti oleh antara lain Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah, Menko Polhukkam Widodo AS, Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto dan Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi. Awan panas besar kembali muncul pada Kamis (8/6) pukul 09.03 WIB, meluncur dari puncak gunung ke lereng selatan sejauh lima kilometer lebih. Awan panas itu teramati menghanguskan sebagian hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman, DIY. "Yang ada memang satu kegiatan tambahan dari Merapi, ada wedhus gembel atau awan panas. Semuanya telah diberikan persiapan-persiapan, kata Menko Kesra. Kepastian bahwa yang terjadi bukan letusan, menurut Aburizal didasarkan atas laporan pos pengamatan di Gunung Merapi, BPPTK serta lembaga vulkanoloti. "Presiden sendiri tadi telah melakukan pengecekan kepada Gubernur DIY dan Jateng dan dilaporkan memang bukan letusan Merapi," katanya. Ia mengatakan bahwa awan panas yang keluar dari Merapi pada Kamis pagi serupa dengan aktivitas Merapi yang telah berlangsung selama satu bulan terakhir. "Berdasarkan perhitungan ilmiah, maka kita harapkan awan panas itu dan gugurannya tidak akan mencapai lebih dari tujuh kilometer," katanya. Ia meminta agar semua anggota masyarakat mengungsi setidaknya sejauh tujuh kilometer dari kawasan Gunung Merapi. Awan panas itu diketahui meluncur ke tiga kali, yaitu Kali Krasak, Kali Gendol dan Kali Boyong. "Kita harapkan di setiap sisi sungai 300 meter tidak ada seseorang yang menempatinya meskipun sudah di bawah tujuh kilometer," katanya. "Jadi, masalah Merapi itu suatu aktivitas biasa dan persiapannya telah dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah untuk mencegah terjadinya korban," kata Aburizal, menegaskan. (*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006