New York (ANTARA) - NEW YORK CITY, 12 Mei (Xinhua) -- Insiden penembakan massal, seperti yang terjadi di Allen, Negara Bagian Texas, Amerika Serikat (AS), pada 6 Mei lalu, memicu seruan reformasi senjata api serta mencuatkan isu kesehatan mental, tetapi jarang ada perubahan pada kedua hal tersebut.

Dan beberapa anggota parlemen menyalahkan masalah kesehatan mental sebagai penyebab terjadinya penembakan massal, bukan senjata api, menurut laporan Houston Public Media pada Kamis (11/5).

"Kami berupaya mengatasi kemarahan dan kekerasan itu dengan mencari akar permasalahannya, yaitu mengatasi masalah kesehatan mental di balik insiden tersebut," kata Gubernur Texas Greg Abbott sebagaimana dikutip Fox News.

Para kritikus mengatakan anggota parlemen menggunakan kesehatan mental sebagai cara untuk mengalihkan perhatian dari kurangnya upaya mereka dalam reformasi senjata api, kata laporan itu mengutip Nicole Golden, direktur eksekutif Texas Gun Sense.

"Itu adalah cara untuk mengalihkan dan membelokkan pembicaraan ke arah lain yang coba dilakukan oleh mereka yang tahu tidak akan setuju dengan pendapat kita tentang langkah-langkah keamanan senjata api yang masuk akal karena alasan politik," ujar Golden.

Direktur Regional Departemen Keamanan Publik Texas Hank Sibley menuturkan bahwa pemerintah harus memperkuat sistem pemeriksaan latar belakang. "Berbagai rancangan undang-undang (RUU) di badan legislatif ditujukan untuk itu.

Namun, Golden mengatakan sebagian besar tidak diloloskan," sebut laporan.

Golden mengatakan sebagian besar orang mendukung reformasi senjata api yang masuk akal, seperti pemeriksaan latar belakang dan peningkatan batas usia untuk membeli senjata api di Texas menjadi 21 tahun.

Menurut survei dari University of Texas di Austin, 76 persen penduduk Texas mengatakan mendukung peningkatan batas usia itu. Namun, Gubernur Abbott mengatakan dirinya menentang hal itu, imbuh survei.


Pewarta: Xinhua
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023