Ottawa (ANTARA) - Kemungkinan hilangnya peran dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia memang layak mendapat banyak perhatian akhir-akhir ini, dan atas kondisi tersebut The Globe and Mail dalam satu laporannnya pada Selasa (9/5) mengingatkan kalangan investor untuk mencermatinya.
"Kekhawatiran ini disebabkan oleh berbagai tantangan budaya dan ekonomi yang tampaknya dihadapi Amerika Serikat (AS). China, Rusia, India, dan Brasil secara aktif berupaya mengurangi dominasi uang kertas dolar dalam keuangan internasional," ujar laporan tersebut.
Menurut The Globe and Mail, melemahnya posisi dolar AS di pasar modal global merupakan perbuatan dari negara itu sendiri.
Hal ini terjadi akibat kebijakan fiskal yang tidak bertanggung jawab selama puluhan tahun, pertumbuhan ekonomi yang lemah dan terselubung oleh suku bunga rendah yang dibuat-buat, serta fakta bahwa negara tersebut yang mengendalikan mata uang cadangan dunia dan alat pertukaran internasional utama menurunkan biaya pinjaman, ungkap laporan tersebut.
Selain itu, pemerintah AS memilih menjadikan dolar sebagai senjata, dengan baru-baru ini mengeluarkan Rusia dari sistem pembayaran internasional dan menyita aset-asetnya.
"Kepercayaan terhadap AS dan mata uangnya belum hilang, tetapi kepercayaan tersebut sudah sangat terdegradasi seiring waktu saat tingkat utang negara itu meroket dan suku bunganya turun melalui kebijakan pelonggaran kuantitatif," papar laporan tersebut.
Kendati demikian, dolar AS akan tetap menjadi mata uang cadangan untuk beberapa waktu. Penurunannya telah dan akan terus terjadi secara bertahap. Investor harus beralih ke luar negeri guna mendiversifikasi peluang investasi mereka, tambah laporan itu.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023