Beijing (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China pada Jumat (12/5) menyatakan China adalah korban dari koersi ekonomi AS, serta mendesak negara-negara G7 tidak menjadi "kelompok kecil" eksklusif dan menahan diri untuk tidak terlibat dalam koersi ekonomi.
Pernyataan tersebut dilontarkan Juru Bicara Wang Wenbin dalam jumpa pers harian sebagai respons atas laporan media baru-baru ini yang mengatakan bahwa para anggota G7 diduga akan mengeluarkan respons gabungan terhadap "koersi ekonomi" untuk memberikan sinyal ke China.
Berbicara tentang koersi ekonomi, Wang mengatakan bahwa negara pertama yang seharusnya dikecam mungkin adalah AS. Dia mengungkapkan bahwa AS berkali-kali memanfaatkan konsep keamanan nasional, menyalahgunakan kontrol ekspor, dan melakukan praktik diskriminatif dan bias terhadap sejumlah perusahaan asing, yang sangat melanggar prinsip ekonomi pasar dan persaingan yang adil.
Mengutip statistik yang relevan mengenai sanksi AS terhadap sejumlah negara, Wang mengungkapkan bahwa pada tahun fiskal 2021, lebih dari 9.400 sanksi yang dijatuhkan oleh AS telah diterapkan.
AS memberlakukan sanksi ekonomi sepihak pada hampir 40 negara di seluruh dunia, yang mempengaruhi hampir setengah dari populasi dunia, tambahnya.
Beberapa anggota G7 lainnya juga merasa sulit melepaskan diri dari koersi ekonomi dan intimidasi AS, kata Wang, mengutip eksploitasi yang dilakukan AS terhadap Toshiba dari Jepang, Siemens dari Jerman, dan Alstom dari Prancis, yang semuanya merupakan sekutu AS.
"Jika KTT G7 memasukkan topik 'berurusan dengan koersi ekonomi' ke dalam agendanya, saya menyarankan agar mereka terlebih dahulu membahas apa yang telah dilakukan AS," kata Wang.
"Ketika pihak Jepang menjadi tuan rumah KTT G7, akankah mereka juga menyampaikan isu ketidakadilan kepada AS atas nama negara anggota lainnya yang juga menjadi korban intimidasi AS? Atau setidak-tidaknya mengungkapkan beberapa patah kata kebenaran?" tambahnya.
Menyebutkan bahwa China selalu dengan tegas menentang koersi ekonomi oleh negara lain, Wang mengatakan China mendesak G7 untuk menyesuaikan diri dengan tren umum zaman keterbukaan dan inklusivitas, berhenti terlibat dalam "lingkaran kecil" yang tertutup dan eksklusif, serta menahan diri untuk tidak menjadi kaki tangan koersi ekonomi.
Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023