Yogyakarta (ANTARA News) - Tidak ada korban jiwa manusia ketika awan panas besar dari Gunung Merapi (2.965 mdpl) menerjang kawasan hutan di utara Kaliadem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis pukul 09.03 WIB. Menurut petugas Polsek Cangkringan, Sleman, Briptu Pol Suparjono, kepada ANTARA, Kamis, tidak ada korban jiwa manusia pada kejadian awan panas itu. "Selain itu, tidak ada korban luka-luka dalam kejadian tersebut," sambungnya. Kata dia, awan panas yang meluncur ke lereng selatan itu belum mencapai pemukiman penduduk, dan hanya sampai kawasan hutan pinus di sebelah utara permukiman warga. Disebutkannya sebagian kawasan hutan yang hangus diterjang awan panas itu berada di Petak I, yang sebagian besar berupa tanaman pohon pinus dan rerumputan. Ia mengatakan sempat terjadi kepanikan di kalangan warga masyarakat, setelah terdengar suara gemuruh bersamaan dengan munculnya awan panas. Namun, evakuasi berjalan lancar, sehingga pada Kamis siang sebagian besar warga telah berada di barak pengungsian, antara lain di Balai Desa Glagaharjo, Umbulharjo dan gedung SMP Negeri 2 Cangkringan. "Barak-barak itu sudah dipersiapkan jauh hari sebelumnya, sehingga evakuasi warga berjalan lancar," sambungnya. Suasana di barak pengungsian menjadi ramai kembali, karena mulai dipenuhi pengungsi. Tercatat seribu lebih pengungsi di setiap barak sibuk menempatkan diri dan keluarganya masing-masing. Saat ini di barak pengungsian Glagaharjo ditempati sekitar 1.160 orang yang berasal dari empat dusun di wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB) Merapi. Empat dusun itu adalah Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, Srunen dan Tinglar. Di barak Balai Desa Umbulharjo ditempati sekitar 600 pengungsi dari dua dusun KRB Merapi, yaitu Pelemsari dan Pangukrejo. Sedangkan di barak pengungsian di gedung SMP Negeri 2 Cangkringan dihuni sekitar 1.200 pengungsi dari Dusun Kaliadem, Jambu dan Petung, Desa Kepuharjo. Menurut Carik Desa, Umbulharjo Supadi, sebagian besar pengungsi datang kembali ke barak, sesaat setelah terjadi awan panas besar pukul 09.03 WIB. Mereka diangkut dengan truk dan mobil dan sebagian lagi mengendarai sepedamotor. Warga yang kembali mengungsi sebagian besar anak-anak termasuk balita, kaum perempuan dan warga lansia (lanjut usia). Warga laki-laki dewasa sebagian masih berada di desa masing-masing untuk menjaga rumah. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, di setiap barak pengungsian disiagakan sebuah ambulans dan truk untuk mengevakuasi warga. Stok logistik di dapur umum di barak pengungsian hingga kini masih mencukupi kebutuhan, dan siap dimasak untuk makan siang warga pengungsi. Di antara pengungsi asal Dusun Pelemsari, tidak tampak Mbah Maridjan, jurukunci Gunung Merapi. Belum diperoleh informasi di mana keberadaan lelaki berusia 79 tahun itu. (*)
Copyright © ANTARA 2006