Inisiatif Kemendikbudristek mengimplementasikan teknologi digital dalam memajukan dunia pendidikan menuai respon positif

Jakarta (ANTARA) - Segara Research Insitute menyatakan platform digital yang dibangun oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menuai apresiasi positif dari para pelaku bidang pendidikan karena memudahkan proses belajar dan mengajar.

“Inisiatif Kemendikbudristek mengimplementasikan teknologi digital dalam memajukan dunia pendidikan menuai respon positif,” kata Direktur Eksekutif Segara Insitute Piter Abdullah dalam Webinar Efektivitas Teknologi di Jakarta, Jumat.

Lembaga riset ini telah melakukan survei secara daring terhadap 3.725 responden meliputi 1.521 kepala sekolah, 1.591 guru, 328 dosen, dan 285 mitra kerja lain, yang menjadi bagian dari ekosistem pendidikan.

Dari sisi domisili, 3.752 responden ini tersebar merata di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, hingga Papua.

Adapun aplikasi dan platform digital yang menjadi objek survei adalah Platform Merdeka Mengajar (PMM), Sistem Informasi Pengadaan Sekolah (SIPLah), Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (ARKAS), Rapor Pendidikan, Akun Belajar.id, dan Kedaireka.

Baca juga: SIPLah wujudkan pendidikan yang adil dan merata
Baca juga: Mendikbudristek sebut "SIPLah" bantu pengadaan barang lebih transparan

Berdasarkan skala likert 10 yakni nilai 1 berarti sangat tidak setuju hingga nilai 10 yaitu sangat setuju, menunjukkan kehadiran aplikasi dan platform digital itu disambut sangat baik dengan nilai rata-rata 9,14/10 untuk kepala sekolah; 8,61/10 untuk guru; 9,36/10 untuk dosen; dan 9,24/10 untuk mitra/industri.

Menurut Piter, respons positif tersebut tidak terlepas dari tingkat penerimaan pelaku dunia pendidikan yaitu kepala sekolah, guru, dosen, dan mitra/industri, terhadap kemajuan teknologi dan digitalisasi.

Tingkat penerimaan yang dimaksud adalah sejauh mana individu mengikuti dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi.

Secara rata-rata, tingkat penerimaan kepala sekolah di angka 8,84 per 10, guru di angka 8,67 per 10, dosen di angka 8,81 per 10, dan mitra atau industri di angka 8,69 per 10.

“Hasil ini juga mengindikasikan bahwa hampir seluruh kepala sekolah, guru, dosen, dan mitra/industri, sangat terbuka pada perkembangan teknologi dan digitalisasi,” ujar Piter.

Baca juga: Kemendikbudristek: Matching Fund Kedaireka program kolaborasi terbaik

Meski demikian hasil survei menemukan bahwa tidak semua responden sudah menggunakan dan memanfaatkan aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek.

Sebanyak 1.479 sekolah mulai dari SD hingga SMA/K dari 1.521 total responden sekolah sudah menggunakan ARKAS dalam perencanaan kegiatan dan anggaran sekolah atau 97 persen.

Sedangkan SIPLah menjadi aplikasi atau platform digital dengan tingkat penggunaan terendah yakni 1.080 sekolah dari 1.521 total responden sekolah atau 71 persen.

Piter menjelaskan masih rendahnya penggunaan SIPLah maupun aplikasi digital lain dipicu sejumlah faktor seperti kendala akses internet dan listrik di daerah yang tidak mendukung.

Faktor lainnya adalah kebutuhan sekolah maupun guru belum tercukupi melalui aplikasi/platform digital tersebut, sekolah sudah memiliki sistem internal sendiri, serta kurang mendapat sosialisasi dan bimbingan teknis secara langsung.

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023