Yangon (ANTARA) - YANGON, 12 Mei (Xinhua) -- Hidangan China yang pedas dan mematikan rasa, atau makanan dengan rasa "mala", menjadi tren masakan China terbaru yang sedang populer di Myanmar, ungkap sejumlah pemilik restoran setempat.
Nay Yi Win, seorang pemilik restoran berusia 20-an tahun, mengatakan bahwa jumlah konsumen makanan mala di Myanmar sedang mengalami peningkatan di kota komersial Yangon dan tempat-tempat lain di Myanmar dalam beberapa tahun terakhir.
Mala, yang merupakan saus atau bumbu China yang terkenal, terbuat dari biji lada Sichuan, cabai, herba, dan rempah-rempah. Mala Xiang Guo yang berupa tumisan, Mala Mao Cai yang berupa rebusan, Malatang yang mirip sup, sate Mala, dan ikan bakar Mala menjadi tren di Yangon maupun tempat-tempat lain di Myanmar, kata sejumlah pemilik restoran.
"Saya membuka restoran mala sekitar delapan bulan lalu karena saya melihat semakin banyak orang yang mengonsumsi hidangan ini," kata Nay Yi, sembari menambahkan bahwa restorannya khusus menyajikan Mala Xiang Guo dan Mala Mao Cai kepada pelanggan.
Banyak restoran hidangan mala bermunculan di berbagai wilayah di Yangon selama satu atau dua tahun terakhir, kata sejumlah pemilik restoran setempat. Banyak hidangan khas China, seperti roti kukus China dan sate babi, populer di Myanmar sejak bertahun-tahun yang lalu.
"Semua restoran mala di sini memiliki pelanggan," tutur Nan Nwe Oo, pemilik restoran sate Nan Ni Mala di kawasan Pecinan Yangon, kepada Xinhua. Restoran ini juga memiliki cabang di wilayah-wilayah lain di Yangon, lanjutnya.
Restoran dan kedai kaki lima yang menjual hidangan mala khas China menjamur dalam dua tahun terakhir, mencapai 20 lebih hanya di kawasan Pecinan Yangon, kata penduduk setempat.
"Kami mulai menjual hidangan mala di kedai makanan kami beberapa bulan lalu," kata seorang staf dari Arr Mei Food Station, yang menjual makanan Shan, makanan China, dan makanan Thailand di kawasan Pecinan Yangon, kepada Xinhua.
Dengan meningkatnya jumlah pelanggan lokal yang mengonsumsi hidangan mala dari waktu ke waktu, beberapa restoran kaki lima membuka cabang di tempat lain di Yangon dan Taunggyi, menurut sejumlah pemilik restoran.
Phyu Phyu Khin (31), seorang warga Yangon, berkata, "Saya menyantap Mala Xiang Guo untuk pertama kalinya dua tahun yang lalu. Sejak saat itu, saya mengonsumsinya hampir setiap bulan bersama teman dan rekan kerja saya."
"Saya suka cita rasa Mala Xiang Guo yang pedas dan asin," ujarnya. Mala Xiang Guo berisi daging dan sayuran, seperti ayam, babi, sapi, bambu, dan kulit tahu, yang kemudian dimasak dengan cara ditumis.
Phyu mengatakan bahwa Mala Xiang Guo lebih cocok disantap bersama teman, keluarga, atau lainnya karena seporsi kecil saja bisa dikonsumsi oleh dua orang.
"Tidak mahal jika disantap bersama orang lain. Karena itu, kebanyakan orang dapat sering mengonsumsinya meski harga pangan naik," tuturnya. Phyu pun menambahkan bahwa dia dan teman-teman biasanya memilih untuk menyantap Mala Xiang Guo saat bersantai bersama.
Phyu berkata dirinya terkadang memesan Mala Xiang Guo secara daring dan menyantapnya di rumah atau di kantor. Hidangan ini menjadi tren saat ini. Bahkan, beberapa selebritas menerima tantangan makan mala di media sosial, imbuhnya.
"Ini pertanda makanan China sedang populer di kalangan masyarakat Myanmar," kata seorang warga setempat.
Pewarta: Xinhua
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023