"Kampung kami tidak banjir, tapi kami mengantisipasi banjir seperti tahun 2002 lalu yang mencapai tinggi se-dada orang dewasa," kata L. Utami selaku Ibu RT 07 RW 08 Kelurahan Kenari Kecamatan Senen.
Bersama delapan ibu rumah tangga dan sejumlah remaja, Utami mengamati kenaikan permukaan air Sungai Ciliwung yang berada di ujung kampung mereka.
"Belum ada pemberitahuan kepada kami tentang banjir. Tapi kami dengar akan ada luapan air di kali pada pukul tiga (sore) karena pintu air manggarai dibuka," kata Utami sembari mewaspadai meluapnya air kali melalui saluran air ke rumah warga.
Sofyan, warga RT 12 RW 10 Kelurahan Kebon Sirih, Kecamatan Menteng, mengatakan telah mengamankan perangkat elektronik jika air sungai ciliwung meluap dan masuk rumah mereka.
"Yang biasanya kebanjiran itu RW 10 dan RW 08," kata Sofyan tentang perkampungan di pinggir sungai Ciliwung itu.
Sofyan mengatan banjir yang pernah menggenangi kampungnya setinggi dua meter pada 2002 dan 2007 karena hujan lebat di Jakarta dan kiriman air di sungai Ciliwung.
"Tadi pagi pukul sembilan, air (kali) sudah masuk selutut orang dewasa dan baru surut sebelum Dzuhur," kata Sofyan.
Warga lain RT 10, Ayu Paisam, mengatakan banjir di kampungnya baru hari ini meskipun hujan deras di Jakarta juga terjadi pada Selasa (15/1) dan Rabu (16/1).
"Sekarang surut, tapi masih mungkin banjir lagi, sekarang kami menunggu," kata Ayu.
Dia menjelaskan warga Kali Pasir yang tinggal di pinggir sungai Ciliwung akan mengungsi di Gedung Juang dan Gedung Trisula jika rumah mereka terendam banjir.
Sementara, Masud, warga RW 08 Kelurahan Kali Pasir mengatakan tembok pembatas antara kali dengan perkampungannya telah hancur dan menjadi pintu masuk air Ciliwung.
"Tadi saya masih kerja lalu pulang karena ditelpon anak yang mengabarkan rumah kami kebanjiran," kata pegawai perkantoran di kawasan Sudirman Jakarta Pusat itu.
Baik Masud maupun Sofyan tidak masuk kerja karena selain ketiadaan angkutan umum, kawasan kantor dan jalan yang mereka lalui juga terendam banjir.
"Saya sempat terjebak banjir di Kuningan, Manggarai, dan Gondangdia," kata Masud.
(I026)
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013