Penangkapan tuna sirup biru ada kuotanya, Indonesia tidak boleh menangkap lebih dari 1.100 ton per tahun

Denpasar (ANTARA) - Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) Bali mencatat produksi tuna sirup biru di Pelabuhan Umum Benoa, Denpasar, mencapai rata-rata 1.000 ton per tahun sehingga menjadi yang terbesar di Indonesia.

“Penangkapan tuna sirup biru ada kuotanya, Indonesia tidak boleh menangkap lebih dari 1.100 ton per tahun,” kata Sekretaris Jenderal ATLI Bali Nyoman Sudarta di Denpasar, Bali, Jumat.

Dia menjelaskan sekitar 1.000 ton tangkapan tuna sirip biru per tahun yang dikumpulkan di Pelabuhan Benoa, dari total kuota 1.100 ton dimiliki Indonesia.

Menurut dia, seluruh tangkapan tuna sirip biru diberikan label dan hasil tangkapan dilaporkan juga kepada organisasi.

Ada pun organisasi yang mengatur terkait kuota penangkapan tuna sirip biru adalah Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT).

Dia mengungkapkan penerapan kuota tersebut untuk menjaga keberlanjutan konservasi tuna sirip biru yang diperkirakan populasinya sudah mulai berkurang.

“Karena sudah akan langka ikannya, jadi perikanan tuna tidak diatur perusahaan, tidak oleh negara tapi diatur organisasi regional,” katanya.

Sementara itu, di bawah naungan ATLI Bali terdapat 24 perusahaan menangkap ikan tuna.

Satu perusahaan, kata dia, memiliki jumlah kapal bervariasi bisa memiliki 50 unit kapal per perusahaan perikanan. Sekitar 80 persen kapal perusahaan perikanan yang beroperasi di Benoa itu, kata dia, memiliki volume di atas 30 gross tonnage (GT).

Nyoman Sudarta menambahkan kapal ikan dengan volume di atas 30 GT beroperasi di wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 573 dari 12-200 mil hingga laut lepas Samudera Hindia selatan Bali.

Ada empat jenis ikan tuna yang menjadi target tangkapan, kata dia, yakni tuna sirip kuning yang menjadi tangkapan mayoritas, kemudian tuna sirip biru, tuna mata besar dan tuna albacore.

Ia menjelaskan tuna sirip biru memiliki kualitas kelas A karena memiliki daging yang lebih baik, kandungan protein yang besar, namun lebih rentan membusuk, tergantung pengelolaan selama perjalanan menuju pangkalan.

Rata-rata hasil tangkapan tuna yang dikumpulkan di Pelabuhan Benoa lebih segar karena langsung dari perairan selatan Bali hingga Samudera Hindia.

“Kalau tuna sirip biru sangat berat mempertahankan grade (kualitas) dibandingkan jenis lain. Misalnya sirip biru ditangkap 200 ekor, yang kualitas A paling dua hingga tiga ekor saja,” katanya.

Dengan kondisi itu menyebabkan harga ikan tuna sirip biru lebih mahal. Bahkan, tuna sirip biru sempat terjual 20,8 juta yen atau sekitar Rp2,7 miliar dalam lelang pertama tahun baru 2021 di Pasar Ikan Yoyosu, Tokyo, Jepang.

Sementara itu, berdasarkan data pos pelayanan kapal ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan di Benoa, Denpasar, produksi tuna di Bali pada 2022 mencapai 27.037 ton atau turun dibandingkan 2021 mencapai 32.511 ton.

Rata-rata hasil tangkapan ikan tuna di Bali per bulan pada 2022 mencapai sekitar 2.250 ton. Negara yang banyak menyerap pasar ekspor tuna Bali adalah Jepang dan beberapa negara di Eropa.


Baca juga: KKP jadikan Pengambengan Bali lebih modern untuk gantikan Benoa
Baca juga: Biak ekspor ikan tuna segar ke Jepang capai 70 ton
Baca juga: KKP: Pulau Buru dipilih lokasi pengembangan sertifikasi MSC ikan tuna

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023