"Jumlah orang yang kehilangan rumah mencapai 1,5 juta orang, atau pengungsi. Dari data tadi pagi, kita perkirakan jumlah yang harus dibangun sekitar 150.000 rumah, sama dengan di Aceh," kata Menko Kesra.
Jakarta (ANTARA News) - Menko Kesra Aburizal Bakrie mengatakan biaya yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisi Yogyakarta dan sekitarnya akibat gempa bumi membengkak menjadi Rp5 triliun. "Dari hitungan kami, akan ada tambahan pembiayaan. Pada awalnya kita kira sebesar Rp1,075 triliun, tetapi ke depan butuh dana Rp5 triliun, itu akan dibiayai dengan dana APBN, hibah atau pinjaman lunak jangka panjang," kata Aburizal usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di kantor presiden Jakarta, Rabu. Menurutnya, dana itu akan digunakan dalam tahap tanggap darurat hingga tiga bulan mendatang serta tahap rekonstruksi dan rehabilitasi selama satu tahun hingga September 2007. Membengkaknya biaya pemulihan yang dibutuhkan, lanjutnya sesuai dengan meningkatnya jumlah data kerusakan, atau korban yang harus diberi bantuan oleh pemerintah. "Jumlah orang yang kehilangan rumah mencapai 1,5 juta orang, atau pengungsi. Dari data tadi pagi, kita perkirakan jumlah yang harus dibangun sekitar 150.000 rumah, sama dengan di Aceh," katanya. Sementara itu, jumlah warga yang akan mendapat bantuan dana untuk jaminan hidup selama tiga bulan karena rumahnya hancur atau rusak berat mencapai 823.841 orang, dan yang mendapat jaminan hidup satu bulan karena rumahnya rusak ringan mencapai 705.878 orang. Bagi yang rumahnya rusak berat dan hancur, menurut Aburizal, juga akan mendapat uang pakaian dan rumah tangga, yang akan dibagikan dananya pada Juli mendatang. Selain itu, bagi korban yang meninggal, pemerintah juga akan memberikan santunan sebesar Rp2 juta kepada ahli warisnya. Menurut Menko, jumlah hibah yang telah masuk hingga saat ini baru mencapai 2,5 juta dolar AS, sementara keinginan pemerintah sebesar 100-150 juta dolar AS atau sekitar Rp1 hingga Rp1,5 triliun, "Kalau kita bisa mencapai itu sisanya akan ditutup dari APBN atau kalau terpaksa mencari pinjaman lunak seperti yang ditawarkan ADB," katanya. Kebutuhan dana yang besar ini, lanjutnya akan disampaikan kepada negara-negara CGI dan non CGI pada pertemuan CGIB 14 Juni mendatang.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006