Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Paru RSPI Sulianti Saroso Jakarta Faisal Rizal Matondang menyatakan pemerintah perlu membuat sebuah roadmap (peta jalan) yang dipersiapkan secara matang sebagai bentuk kesiapsiagaan dalam menghadapi pandemi berikutnya yang mungkin datang di masa depan.
“Kami harap pemerintah punya suatu roadmap, jadi kalau ada satu kasus saja sebelum menyatakan pandemi, kita sudah siap,” kata Faisal dalam Siaran Sehat yang diikuti di Jakarta, Rabu.
Faisal menuturkan belajar dari pengalaman pandemi, roadmap sangat dibutuhkan agar setiap penanganan kasus dapat segera dikendalikan dan tidak memicu rasa panik ataupun penumpukan pasien seperti ketika menghadapi kasus COVID-19.
Baca juga: RSPI: Riset bantu tumbuhkan kesadaran masyarakat pada COVID-19
Roadmap itu diharapkan tidak hanya memuat panduan-panduan penanganan, melainkan langsung mencantumkan rumah sakit mana yang akan dijadikan rujukan, siapa saja tenaga kesehatan yang masuk menjadi tim penanganan wabah hingga kepastian tersedianya alat atau obat-obatan jika dibutuhkan.
Menurutnya, roadmap yang disusun juga perlu mengkritisi situasi saat ini, terutama dalam menyikapi pernyataan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang pada tanggal 5 Mei 2023, mencabut ketentuan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (Public Health Emergency Intenational of Concern/PHEIC) dari COVID-19.
“Misalnya, seperti tim jaga di rumah sakit untuk menangani pasien henti nafas, itu kita sudah ada di tiap rumah sakit. Jadi, jangan ada kasus dulu, baru (urus) segala macam. Sebelum ada kasus, kita harus sudah punya konsep (penanganan),” katanya.
Penyusunan roadmap itu juga tidak boleh melupakan pentingnya pemberian vaksinasi COVID-19, meski sedang menghadapi wabah baru yang berpotensi hadir di masa depan. Tujuannya agar kasus tidak kembali merebak, sehingga memperparah situasi penanganan pandemi baru.
Kalaupun sedang dalam proses penyusunan, ia berharap pemerintah tetap memperbesar distribusi vaksin COVID-19, karena saat ini semakin sedikit orang yang datang untuk melengkapi dosis vaksinasinya meski pemerintah masih memberikannya secara gratis.
Baca juga: RSPI minta masyarakat tak salah tanggapi pernyataan WHO soal pandemi
Baca juga: Dokter RSPI: Vaksinasi penting atasi sirkulasi varian baru COVID-19
Ia khawatir sedikitnya orang yang datang untuk vaksinasi, disebabkan karena mulai munculnya sikap abai, bukan karena jumlah target yang semakin berkurang.
Dengan demikian, Faisal mengimbau agar situasi setelah PHEIC dicabut bisa lebih diperhatikan, termasuk penerapan protokol kesehatan yang akan menentukan keberhasilan Indonesia memasuki masa endemi.
“Kalau dari sisi masyarakat jangan terlalu bereuforia dulu. Walaupun pemerintah menyatakan sudah bebas, sebelum ada pengumuman kita masih tetap menjaga protokol kesehatan kita seperti yang sebelumnya,” kata Faisal.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023