Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta Selasa pagi bergerak melemah nilainya sebesar 60 poin menjadi Rp9.810 dibanding sebelumnya di posisi Rp9.750 per dolar AS.
Analis Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Selasa mengatakan, nilai tukar domestik kembali bergerak melemah setelah penilaian Bank Indonesia (BI), dimana pelemahan rupiah disebabkan lonjakan konsumsi BBM yang membuat pemerintah terpaksa mengimpor.
"Besarnya volume impor itu menyebabkan permintaan terhadap dolar AS tinggi sehingga meningkatkan nilai tukarnya," kata dia.
Meski demikian, dikatakan dia, adanya intervensi dari Bank Indonesia akan mampu menghampat rupiah terdepresiasi lebih dalam terhadap dolar AS.
Ia menambahkan, pelemahan kurs mata uang rupiah juga tertahan dipicu kabar dari The Fed yang menilai program pelonggaran kuantitatif (QE) dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi AS lebih lanjut dan tidak akan membuat inflasi naik signifikan.
"Setidaknya, kabar dari The Fed itu bisa mengurangi kekhawatiran penarikan stimulus yang lebih cepat," kata dia.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan, membaiknya beberapa data ekonomi negara Eropa, serta China belum mampu mendorong nilai tukar rupiah kembali terapresiasi.
"Namun, diperkirakan BI masih menjaga fluktuasi nilai tukar domestik agar kisarannya tidak terlalu lebar," kata dia.
(ANT)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013