Paris (ANTARA News) - Pasukan Perancis di Mali telah dikejutkan oleh kekuatan tempur gerilyawan radikal, yang sedang mereka dorong ke luar dari pusat negara itu, Ahad.

Para staf Presiden Francois Hollande mengakui bahwa gerilyawan tersebut lebih terlatih dan memiliki perlengkapan serta persenjataan yang lebih baik dari perkiraan mereka sebelumnya.

"Apa yang paling mengejutkan kami adalah betapa modern peralatan mereka dan kemampuan mereka untuk menggunakannya," kata salah satu staf mengenai para gerilyawan yang mampu menembak jatuh sebuah helikopter Prancis, Gazelle itu.

Helikopter itu terpaksa melakukan pendaratan darurat dan pilotnya, Letnan Damien Boiteux, meninggal karena luka-lukanya setelah ditembak dengan senjata ringan.

Helikopter itu ditembak jatuh dalam suatu operasi serangan terhadap konvoi gerilyawan yang tengah melakukan perjalanan antara kota Mopti dan Sevare di pusat negara Mali.

"Awalnya, mereka tampak seperti sekelompok orang yang bepergian dengan Toyota mereka dengan beberapa senjata saja," tambah pejabat itu. "Tapi mereka kemudian menunjukkan jika mereka dilengkapi dengan persenjataan yang baik dan terlatih."

Para pejabat Perancis percaya bahwa para gerilyawan itu memperoleh sebagian besar persenjataan mereka dalam kerusuhan tahun lalu, ketika senjata dikirim ke para pemberontak yang tengah berjuang untuk menggulingkan diktator Libya Moamer Gaddafi.

"Di Libya mereka menjemput persenjataan tempur yang moderen, canggih dan jauh lebih efektif serta kuat, lebih dari yang bisa dibayangkan, "tambah sumber tersebut.

Kekuatan gerilyawan itu tampaknya makin memperkuat tekad Prancis untuk membatasi intervensi yang dilakukannya guna mendorong gerilyawan itu mundur dan memperlemah mereka sebelum kedatangan pasukan Afrika Barat yang akan membangun kembali kendali pemerintah atas kawasan utara Mali, yang telah berada di bawah kekuasaan kelompok Al-Qaeda sejak April 2012.

"Kata yang penting sekarang adalah `Afrikanisasi`, yang berarti penggelaran cepat pasukan Afrika. Situasi saat ini memerlukan itu dan terserah kepada rakyat Afrika untuk mengembalikan integritas di Mali, "kata pejabat itu.

Agar hal itu dapat terwujud, Prancis percaya bahwa kelompok gerilyawan harus didorong keluar dari kota-kota utama di utara antara lain Kidal, Timbuktu dan Gao, yang merupakan target pemboman intensif jet tempur Perancis pada akhir pekan, demikian Reuters melaporkan.

(G003/C003)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013