Kalau diminta, kami siap untuk membantu..."

Jakarta (ANTARA News) - Deputi Diretur Lembaga Eijkman, Profesor Herawati Sudoyo, mengatakan pihaknya siap membantu mengidentifikasi virus flu itik atau virus flu burung H5N1 clade 2.3.2.

"Untuk kasus flu itik ini, kami bisa mendukung untuk melakukan identifikasi masalah yang ada," ujar Herawati di Jakarta, Senin.

Dia menjelaskan dengan penentuan identifikasi virus dapat diketahui dari mana asal virus tersebut, tipe virus dan kumpulan virus tersebut.

"Kalau diminta, kami siap untuk membantu melakukan identifikasi virus itu."

Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan menyebarnya virus flu burung H5N1 clade 2.3.2 yang menyerang itik karena proses migrasi itik dari suatu negara.

Menteri Pertanian Suswono memprediksi flu tersebut berasal dari India dan saat ini sedang dipelajari.

Pascapenemuan virus flu burung di tahun 2003 silam, perkembangan virus tidak menyerang itik. Namun, Suswono melansir jenis virus ini merupakan varian baru sehingga mampu menyerang itik.

Meskipun demikian, pemerintah belum menyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB) karena penularannya dinilai masih dapat dikendalikan serta belum menjangkiti manusia.

Sebelumnya, sebanyak 15 negara telah melaporkan kepada Badan PBB untuk Kesehatan Dunia (WHO) mengenai kasus flu burung varian baru yang ditemukan pada unggas termasuk Indonesia, yaitu Iran, Nepal, India, Bangladesh, Bhutan, China termasuk Hong Kong, Vietnam, Laos, Mongolia, Republik Korea, Jepang, Rumania, Bulgaria dan Rusia.

Berdasarkan laporan WHO, pada kurun waktu Februari-September 2012, virus itu dideteksi di unggas liar di Hong Kong, India dan Nepal, dan pada peternakan di Bangladesh, Bhutan, China, India, Nepal dan Vietnam.

Total ditemukan ada delapan kasus flu burung varian baru itu pada manusia yaitu Bangladesh tiga kasus dan China-Hongkong lima kasus dengan jumlah kematian tiga dari lima kasus di China.

Hingga saat ini, belum ditemukan kasus flu burung varian baru tersebut pada manusia.

(I025)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013