New York (ANTARA) - Presiden Federal Reserve New York John Williams mengatakan pada Selasa (9/5/2023) terlalu dini untuk mengatakan apakah bank sentral AS sudah selesai menaikkan suku bunga, dengan alasan bahwa jika diperlukan lebih banyak tindakan, pembuat kebijakan tidak akan menahan diri.
"Kami belum mengatakan kami selesai menaikkan suku bunga" dan pejabat Fed belum memutuskan apa yang akan terjadi dengan kemungkinan kenaikan biaya pinjaman jangka pendek, kata Williams pada pertemuan Economic Club of New York.
"Kami telah membuat kemajuan luar biasa" dalam mengambil tindakan untuk menurunkan tingkat inflasi yang terlalu tinggi, tetapi "jika pengetatan kebijakan tambahan sesuai, kami akan melakukannya," katanya.
Pernyataan Williams tentang prospek suku bunga menandai komentar publik pertamanya sejak Fed pekan lalu menaikkan suku bunga acuan seperempat persentase poin ke kisaran 5,00-5,25 persen.
Bank sentral juga memberi isyarat bahwa setelah lebih dari satu tahun kenaikan suku bunga yang agresif, hal itu dapat dilakukan atau mendekati itu, dengan kenaikan suku bunga.
Banyak peserta di pasar keuangan menganggap Fed akan menahan diri dari menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan 13-14 Juni, dan pedagang menilai kemungkinan kuat bank sentral AS akan memangkas suku bunga tahun ini.
"Dalam prakiraan saya, saya melihat kebutuhan untuk mempertahankan sikap kebijakan yang restriktif selama beberapa waktu untuk memastikan kami benar-benar menurunkan inflasi dari 4,0 persen menjadi 2,0 persen. Saya tidak melihat dalam prakiraan dasar saya ada alasan untuk memangkas suku bunga tahun ini," kata Williams.
Sebagai kepala Fed New York, Williams juga menjabat sebagai wakil ketua Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan suku bunga bank sentral, dan dia adalah suara kunci dalam kebijakan moneter dan prospek ekonomi.
Williams tetap yakin The Fed dapat mencapai tujuannya, menambahkan "seperti biasa, saya akan memantau totalitas data dan apa implikasinya untuk pencapaian tujuan kami.
Namun untuk saat ini, dia mengatakan tekanan harga masih "terlalu tinggi," menambahkan bahwa Fed tetap berkomitmen untuk membawa inflasi kembali ke target 2,0 persen.
Williams juga mengatakan "meskipun kami telah melihat beberapa tanda pendinginan bertahap dalam permintaan tenaga kerja - serta untuk beberapa barang dan komoditas - permintaan secara keseluruhan terus melebihi pasokan."
Baca juga: Dolar AS naik tipis, pasar tunggu pembicaraan pagu utang, data inflasi
Baca juga: Pakar: langkah agresif The Fed berdampak bangkrutkan industri bank AS
Baca juga: Rupiah melemah seiring perubahan ekspektasi pasar terhadap bunga Fed
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023